HALAMAN UTAMA

Senin, 29 November 2021

Perlawanan Mangkubumi dan Mas Said

 


Setelah Mangkubumi bergabung dengan Mas Said, terjadilah persekutuan antara Mangkubumi dan Mas Said melawan Paku Buwono II dan III. Pada waktu Paku Buwono II sakit keras, utusan VOC dari Batavia datang ke Surakarta. Dalam keadaan lemah dan tidak sadar, Paku Buwono II menyerahkan Mataram kepada VOC.


Menurut tradisi Timur orang yang akan meninggal biasanya menyerahkan keluarganya kepada orang yang menjadi kepercayaannya. Hal ini diartikan oleh Belanda bahwa sejak itu VOC berkuasa penuh atas Mataram.

 

Pada tahun 1749 Paku Buwono II wafat dan digantikan oleh putranya yang bergelar Paku Buwono III. Awalnya, Belanda mengakuinya sebagai Sultan Mataram yang baru, tetapi setelah itu VOC berusaha untuk memecah belah Mataram sehingga dapat dikuasainya.

 

Perlawanan Mangkubumi dan Mas Said cukup tangguh. Raden Mas Said mendapat julukan Pangeran Samber Nyowo (pangeran perenggut Jiwa). Namun, karena di antara keduanya kterjadi perselisihan sehingga dimanfaatkan oleh Belanda untuk memecah belah Mataram. Perseteruan antara Paku Buwono II yang dibantu Kompeni dan Pangeran Mangkubumi dapat diakhiri dengan Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755.

 

Isi Perjanjian Giyanti pada intinya Mataram dipecah menjadi dua,yakni:

 

  • Mataram barat yakni Kasultanan Yogakarta diberikan kepada Mangkubumi dengan gelar Sultan Hamengku Buwono I.

 

  • Mataram timur ,yakni Kasunanan Surakarta diberikan kepada Paku Buwono III.

 

Selanjutnya,  memadamkan perlawanan Raden Mas Said diadakan Perjanjian Salatiga pada tanggal 17 Maret 175. Isi Perjanjian Salatiga pada intinya Surakarta dibagi menjadi dua, yakni:

 

  • R.M Said diangkat menjadi Pangeran Miji (Pangeran istimewa), yang mana berhak menggunakan atribut raja, serta mendapatkan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara.

 

  • Ia berhak atas tanah seluas 4000 karya dengan status precario.

 

  • Mas Said harus tinggal di Surakarta dan pada hari pisowanan yakni senin dan kamis, ia harus hadir dan menerima perintah Sunan.

 

Yang dahulunya satu, kuat, dan kokoh pada masa pemerintahan Sunan Agung akhirnya terpecah-pecah menjadi kerajaan-kerajan kecil berikt ini:

 

  • Kerajaan Yogyakarta.

 

  • Kasunanan Surakarta.

 

  • Pakualaman.

 

  • Mangkunegaran.

 

 

Sumber:

 

 

Chalid Latif dan Irwin Lay. 1992. Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia. Jakarta: Pembina Peraga.

 

Dwi Ari Listiyani. 2009. Sejarah 2 Untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS. Jakarta:  Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

 

Leo Agung S. Dan Dwi Ari Listiyani. 2003. Sejarah Nasional dan Umum 2. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

 

Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia V dan VI. Jakarta: Balai Pustaka.

 

Nugroho Notosusanto. Dkk . 1992. Sejarah Nasional Indonesia 2 dan 3. Jakarta: Depdikbud.