Pada
masa Pembangunan, maka Sultan Agung melakukan usaha-usaha antara lain untuk
meningkatkan daerah-daerah persawahan maka memprogramkan pemindahan para petani
ke daerah Krawang yang subur. Atas dasar kehidupan agraris itulah disusun suatu
masyarakat yang bersifat feodal. Para pejabat pemerintahan memperoleh imbalan
berupa tanah garapan (lungguh),
sehingga sistem kehidupan ini menjadi dasar munculnya tuan-tuan tanah di Jawa.
Pada
masa kebesaran Mataram, kebudayaan juga berkembang, antara lain seni tari, seni
pahat, seni sastra, dan sebagainya. Di samping itu juga muncul kebudayaan
kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayan jawa, Hindu, Buddha dengan
Islam.
Upacara
Garebeg yang bersumber pada pemujaan roh nenek moyang berupa kenduri gunungan
yang merupakan tradisi sejak zaman Majapahit dijatuhkan pada waktu perayaan
hari besar Islam sehingga muncul Garebeg Syawal pada hari raya Idul Fitri dan
Garebeg Maulud pada bulan Rabiulawal.
Hitungan
tahun yang sebelumnya merupakan tarikh Hindu yang didasarkan pada peredaran
matahari (tarikh samsiah) maka sejak
tahun 1633 diubah menjadi tarikh Islam yang berdasarkan pada peredaran bulan
(tarikh komariah). Tahun Hindu 1555 diteruskan dengan perhitungan baru dan
dikenal dengan tahun Jawa.
Adanya
suasana yang aman, damai dan tenteram menyebabkan berkembangnyaa kesusastraan
Jawa. Sultan Agung mengarang kitab Sastra Gending yang berupa filsafat. Demikian
juga muncul kitab Nitisruti, Nitisastra, dan Astabrata yang berisi ajaran tabiat
baik yang bersumber pada kitab Ramayana.
Sumber:
Chalid Latif dan Irwin Lay. 1992. Atlas
Sejarah Indonesia dan Dunia. Jakarta: Pembina Peraga.
Dwi Ari Listiyani. 2009. Sejarah
2 Untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Leo Agung S. dan Dwi Ari Listiyani. 2003. Sejarah
Nasional dan Umum 2. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho
Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia V dan VI. Jakarta: Balai Pustaka.
Nugroho Notosusanto. dkk . 1992. Sejarah
Nasional Indonesia 2 dan 3. Jakarta: Depdikbud.