Sebelum datang ke Indonesia, para
pedagang Belanda membeli rempah-rempah di Lisbon (ibu kota Portugis). Pada
waktu itu Belanda masih berada di bawah penjajahan Spanyol. Mulai tahun 1585,
Belanda tidak lagi mengambil rempah-rempah dari Lisbon karena Portugis dikuasai
oleh Spanyol. Dengan putusnya hubungan perdagangan rempah-rempah antara Belanda
dan Spanyol mendorong bangsa Belanda untuk mengadakan penjelajahan samudra.
Pada bulan April 1595, Belanda
memulai pelayaran menuju Nusantara dengan empat buah kapal di bawah pimpinan
Cornelis de Houtman. Dalam pelayarannya menuju ke timur, Belanda menempuh rute
Pantai Barat Afrika–Tanjung Harapan–Samudra Hindia–Selat Sunda–Banten. Pada
saat itu Banten berada di bawah pemerintahan Maulana Muhammad (1580–1605).
Kedatangan rombongan Cornelis de Houtman, pada mulanya diterima baik oleh masyarakat
Banten dan juga diizinkan untuk berdagang
di Banten.
Namun, karenanya sikap yang kurang
baik sehingga orang Belanda kemudian diusir dari Banten. Selanjutnya,
orang-orang Belanda meneruskan perjalanan ke timur akhirnya sampai di Bali.
Rombongan kedua dari Negeri Belanda
di bawah pimpinan Jacob van Neck dan Van Waerwyck, dengan delapan buah kapalnya
tiba di Banten pada bulan November 1598. Pada saat itu hubungan Banten dengan
Portugis sedang memburuk sehingga kedatangan bangsa Belanda diterima dengan
baik. Sikap Belanda sendiri juga sangat hati-hati dan pandai mengambil hati
para penguasa Banten sehingga tiga buah kapal mereka penuh dengan muatan rempah-rempah
(lada) dan dikirim ke Negeri Belanda, sedangkan lima buah kapalnya yang lain menuju
ke Maluku.
Keberhasilan rombongan Van Neck dalam
perdagangan rempah-rempah, mendorong orang-orang Belanda yang lain untuk datang
ke Indonesia. Akibatnya terjadi persaingan di antara pedagang-pedagang Belanda
sendiri. Setiap kongsi bersaing secara ketat. Di samping itu, mereka juga harus
menghadapi persaingan dengan Portugis, Spanyol, dan Inggris. Melihat gelagat
yang demikian, Olden Barneveld menyarankan untuk membentuk perserikatan dagang
yang mengurusi perdagangan di Hindia Timur. Pada tahun 1602 secara resmi
terbentuklah Vereenigde Oost Indiesche Compagnie (VOC) atau Perserikatan Dagang
Hindia Timur. VOC membuka kantor dagangnya yang pertama di di Banten (1602) di
kepalai oleh Francois Wittert.
Sumber:
Chalid Latif dan
Irwin Lay. 1992. Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia. Jakarta: Pembina
Peraga.
Dwi Ari Listiyani.
2009. Sejarah 2 Untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Leo Agung S. dan
Dwi Ari Listiyani. 2003. Sejarah Nasional dan Umum 2. Surakarta:
Sebelas Maret University Press.
Marwati Djoened
Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia V
dan VI. Jakarta: Balai Pustaka.
Nugroho
Notosusanto. dkk . 1992. Sejarah Nasional Indonesia 2 dan 3. Jakarta:
Depdikbud.