PERKEMBANGAN EKONOMI, POLITIK, DAN SOSIAL BANGSA-BANGSA ASIA SELATAN PASCA KEMERDEKAAN | ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (ARDI TRI YUWONO)
Gunakan fitur "search my site" untuk mencari artikel yang anda inginkan
 

Minggu, 03 Desember 2023

PERKEMBANGAN EKONOMI, POLITIK, DAN SOSIAL BANGSA-BANGSA ASIA SELATAN PASCA KEMERDEKAAN


Abstrak

Asia Selatan adalah bagian selatan dari benua Asia yang di mana wilayah ini sangat beragam dalam budaya, agama, dan bahasa. Ada banyak bahasa, agama, dan tradisi yang berbeda di sana. Namun, keberagaman ini juga menyebabkan ketegangan etnis dan agama yang sering kali berujung pada konflik yang memengaruhi  perkembangan ekonomi, politik, dan sosial pada negara di Asia Selatan, khususnya pasca kemerdekaan. Maka, tujuan penulisan ini adalah untuk memahami lebih dalam tentang perkembangan ekonomi, politik, dan sosial di negara-negara Asia Selatan setelah merdeka, terutama dalam konteks konflik yang terjadi di kawasan tersebut. Adapun Penulisan ini menggunakan metode sejarah, memiliki tahap yang harus dilalui yakni tahap heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Pembagian British Raj pada tahun 1947 adalah peristiwa penting yang mengubah politik, ekonomi, dan sosial di Asia Selatan. Pembagian ini berdasarkan agama, di mana India menjadi negara sekuler dengan mayoritas penduduk Hindu, sementara Pakistan terbentuk sebagai negara bagi umat Muslim, yang kelak akan menjadi konflik antar umat beragama di kemudian hari. Setelah itu waktu terus berjalan dan konflik-konflik di Asia Selatan terus terjadi, seperti konflik wilayah Kashmir, konflik antara Pakistan Barat dan Pakistan Timur yang akan melahirkan negara Bangladesh, serta krisis rasial di Sri Lanka.

 

Kata kunci: India, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka

PENDAHULUAN

Asia Selatan adalah wilayah di bagian selatan benua Asia yang meliputi daerah sekitar anak benua India. Lebih tepatnya, istilah "anak benua India" mengacu pada negara-negara di kawasan Asia Selatan atau lempeng India. Kawasan ini memiliki luas sekitar 10% dari total luas benua Asia, yaitu sekitar 4.480.000 km2. Meskipun demikian, Asia Selatan memiliki jumlah penduduk yang mencapai sekitar 40% dari total populasi Asia.

Asia Selatan memiliki populasi yang sangat besar di dunia. Sekitar 1,6 miliar orang tinggal di wilayah ini, yang setara dengan seperempat dari total populasi dunia. Tingkat kepadatan penduduk di Asia Selatan mencapai 305 orang/km2, atau sekitar tujuh kali lebih tinggi dari rata-rata global. Sebagian besar kebudayaan di Asia Selatan dipengaruhi oleh budaya India. Keragaman budaya dan jumlah penduduk yang besar, jika tidak ditangani dengan baik oleh pihak yang tepat, dapat menyebabkan konflik di masa depan. Hal ini berpotensi mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat di kawasan Asia Selatan.

Setelah berhasil meraih kemerdekaan, negara-negara Asia Selatan memasuki tahap baru dalam sejarahnya, yaitu pasca kemerdekaan. Pada tahap ini, negara-negara tersebut harus membangun sendiri segala aspek kehidupannya, termasuk ekonomi, politik, dan sosial. Namun, setiap negara Asia Selatan memiliki tantangan dan karakteristik unik dalam proses pembangunan pasca kemerdekaan. Selain itu, banyak negara di wilayah ini mengalami konflik yang serius, seperti konflik antara negara, militansi agama, dan konflik etnis. Konflik tersebut seringkali menyebabkan kerusakan besar, penindasan, kekerasan, dan mengancam perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut.

Asia Selatan merupakan wilayah yang terdiri dari beberapa negara seperti Bangladesh, Bhutan, Pakistan, Nepal, Maladewa, Sri Lanka, dan India. Wilayah ini kerap mengalami konflik dan ketegangan politik, baik dari dalam maupun luar wilayah tersebut. Salah satu contohnya adalah permusuhan antara India dan Pakistan yang terjadi akibat pemisahan Pakistan dan India yang diatur dalam Indian Independence Act 1947 yang dibuat oleh Inggris, serta konflik antara Pakistan Barat dan Pakistan Timur yang berujung pada lahirnya negara baru yakni Bangladesh. Selain itu, terdapat kelompok militan yang mendukung terorisme yang tersebar di negara-negara di wilayah ini, seperti yang terjadi di wilayah Kashmir. Adapun di Sri Lanka, terjadi krisis rasial antara orang Sinhala dan Tamil yang juga menambah daftar konflik di Asia Selatan.

Oleh sebab itu, terdapat potensi konflik yang signifikan di Asia Selatan. Negara-negara di wilayah tersebut saling mencurigai dan meningkatkan kekuatan militer mereka untuk menjaga keamanan negara masing-masing. Konflik internal dan eksternal ini telah menciptakan ketidakstabilan ekonomi, politik, dan sosial yang terus mempengaruhi situasi di regional Asia Selatan, terutama pasca kemerdekaan.

Dari paragraf tersebut, penulis ingin memahami lebih dalam tentang perkembangan ekonomi, politik, dan sosial di negara-negara Asia Selatan setelah merdeka, seperti pemisahan Bristh Raj dan Pakistan Timur memerdekakan diri menjadi Bangladesh. Adapun konteks konflik yang terjadi di kawasan tersebut, seperti masalah Kashmir dan krisis rasial di Sri Lanka. Selain itu, penulis juga melakukan penelitian melalui sumber-sumber yang relevan untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan ekonomi, politik, dan sosial di negara-negara Asia Selatan pasca kemerdekaan. Dengan memahami latar belakang ini, penulis dapat menyimpulkan penyebab-penyebab konflik yang terjadi di Asia Selatan pasca kemerdekaan. Perbedaan utama dari penulisan ini dengan penulisan yang telah ada adalah pendekatan analitis yang lebih mendalam, terutama dalam mengkaji konflik-konflik yang di Asia Selatan pasca kemerdekaan.


METODE

Penelitian ini menggunakan metode sejarah sebagai pendekatan penulisan ini. Metode sejarah merupakan suatu proses yang melibatkan pengujian, analisis, dan kajian kritis terhadap buku-buku dan artikel ilmiah yang dipublikasikan melalui literasi digital yang dapat dipercaya. Metode ini juga melibatkan pembuatan interpretasi dan sintesis fakta-fakta sehingga membentuk sebuah narasi sejarah yang dapat dipercaya (Gottschalk, 1975). Tujuan dari metode ini adalah untuk memahami, menganalisis, dan menginterpretasikan peristiwa dan proses sejarah secara sistematis dan objektif. Penting untuk diingat bahwa metode sejarah harus dilakukan dengan ketat dan objektif, dengan mempertimbangkan berbagai perspektif dan sumber informasi yang mungkin mengandung bias atau tidak didasarkan pada fakta. Langkah-langkah yang perlu diikuti dalam menggunakan metode sejarah adalah heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi.

Langkah pertama dalam metode sejarah adalah heuristik. Heuristik berasal dari kata Yunani "heuriskein" yang artinya menemukan. Secara umum, heuristik adalah seni atau ilmu untuk menemukan solusi atau solusi baru yang dapat menyelesaikan masalah. Menurut sumber lain, heuristik adalah cara untuk mengungkapkan pemikiran agar masalah dapat segera terselesaikan. Dalam konteks sejarah, heuristik disebut metode penelitian yang melibatkan langkah-langkah dalam mengumpulkan berbagai jenis data penelitian, seperti buku-buku dan artikel ilmiah yang telah dipublikasi oleh penulis terdahulu (Rainer, 2004). Dapat disimpulkan bahwa heuristik adalah aturan sederhana dan efektif yang digunakan manusia untuk membuat penilaian dan mengambil keputusan.

Setelah sumber-sumber terkumpul, langkah berikutnya adalah kritik sumber. Kritik sumber sangat penting untuk memastikan keaslian dan kebenaran sumber tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai data yang valid untuk menjawab pertanyaan penelitian. Khususnya dalam konteks sejarah, kritik sumber dilakukan untuk mendapatkan kepercayaan terhadap sumber yang digunakan (Sumargono, 2021). Verifikasi atau kritik sumber sejarah adalah langkah penting dalam proses penelitian sejarah, dimana peneliti menguji dan memverifikasi sumber-sumber atau data-data sejarah yang digunakan.

Tahap berikutnya, penulis melakukan interpretasi terhadap sumber sejarah, sehingga akan menimbulkan subjektivitas. Secara garis besar, pengertian interpretasi merujuk pada suatu proses yang melibatkan pemberian pendapat, kesan, gagasan, serta pandangan secara teoritis terhadap suatu objek tertentu. Proses ini timbul dari ide yang mendalam dan dipengaruhi oleh latar belakang individu yang menciptakan objek tersebut (Abror, 2020). Jika disimpulkan, pengertian interpretasi disebut sebagai penafsiran untuk meningkatkan pemahaman pada sumber sejarah.

Tahap akhir metode sejarah dapat disebut sebagai historiografi. Ini adalah penulisan tentang sejarah di mana data yang telah digabungkan menjadi kisah sejarah. Pada tahap ini, penulis akan menulis tentang pemahaman dan interpretasi mereka tentang peristiwa sejarah dengan cara menganalisis naratif deskriptif yang logistik dan dapat dipercaya (Sumargono, 2021).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.    Kondisi India dan Pakistan Pasca Proklamasi Kemerdekaan

Pembagian India dituangkan dalam Indian Independence Act 1947 berdasarkan garis Radcliffe. Hal ini menyebabkan pembubaran Kerajaan Inggris di Asia Selatan yang bernama British Raj dan terciptanya dua wilayah kekuasaan independen yakni India dan Pakistan (Metcalf & Barbara, 2012).

Pemisahan British Raj pada tahun 1947 mengakibatkan hilangnya banyak nyawa dan migrasi yang belum pernah terjadi sebelumnya antara dua wilayah kekuasaan yang baru terbentuk. Para pengungsi yang selamat dari peristiwa traumatis ini, semakin yakin bahwa keselamatan hanya dapat ditemukan jika berada di antara orang-orang seagama. Bagi Pakistan, pemisahan ini memberikan perlindungan nyata bagi umat Islam yang sebelumnya hanya ada dalam imajinasi. Migrasi ini terjadi dengan cepat, mengakibatkan sekitar 14 hingga 18 juta orang mengungsi, dan mungkin lebih banyak lagi. Pemisahan ini juga menyebabkan tingginya angka kematian, dan dipekirakan bahwa sekitar satu juta orang kehilangan nyawa selama periode ini. Kekerasan dari pemisahan itu menciptakan suasana permusuhan dan kecurigaan antara India dan Pakistan yang terus berdampak pada hubungan mereka hingga hari ini.

Sekitar 3,5 juta populasi Hindu dan Sikh di Punjab Barat, Baluchistan, Benggala Timur, dan Sind pindah ke India karena takut akan ditindas oleh orang Muslim di Pakistan. Adanya kekerasan antar kelompok umat beragama yang menyebabkan sekitar satu juta orang Hindu, Muslim, dan Sikh meninggal. Kekerasan ini terjadi di wilayah perbatasan Punjab dan Bengal, Kota Calcutta, Delhi, dan Kota Lahore. Kekerasan ini berhenti pada awal September karena kerja sama dari pemimpin India dan Pakistan. Kedua pemerintah tersebut membangun kamp bantuan besar untuk pengungsi yang datang dan pergi, dan Angkatan Darat India juga membantu dalam skala besar.

Adapun kekerasan antar umat beragama ini bisa berhenti karena peran Mohandas Karamchand Gandhi. Gandhi melakukan mogok makan di Kota Calcutta dan Delhi untuk menenangkan masyarakat dan menekankan perdamaian, meskipun nyawanya terancam. Namun, peran Gandhi dalam menghentikan kekerasan tersebut berakhir dengan Mohandas Karamchand Gandhi dibunuh oleh Nathuram Godse pada tanggal 30 Januari 1948. Godse menganggap Gandhi bertanggung jawab atas pemisahan British Raj dan Gandhi dituduh memenuhi tuntutan umat Islam (Ahmed, 2022). Lebih dari satu juta orang memenuhi jalan-jalan Delhi untuk mengikuti prosesi pemakaman dan memberikan penghormatan terakhir kepada Gandhi.

Pada tahun 1949, sekitar 1 juta pengungsi Hindu datang ke Benggala Barat di India karena mereka mengalami Kekerasan, kerusuhan, dan penindasan oleh orang-orang Muslim di Pakistan Timur. Kesengsaraan para pengungsi ini membuat umat Hindu dan nasionalis India marah, dan jumlah pengungsi mengakibatkan dana keuangan negara-negara bagian di India tidak mampu menampung mereka. Kendati demikian, tidak ingin terjadi perang, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dan Wakil Perdana Menteri India Sardar Patel mengajak Perdana Menteri Pakistan Liaquat Ali Khan untuk melakukan negosiasi di Delhi. Banyak orang India yang menganggap ini sebagai langkah untuk meredakan ketegangan. Jawaharlal Nehru mengesahkan persetujuan antara Liaquat Ali Khan yang berjanji untuk melindungi kelompok minoritas dan membentuk komisi minoritas. Selain itu, kedua belah pihak juga mengesahkan persetujuan perdagangan, dan berkomitmen untuk menyelesaikan perselisihan dua pihak dengan cara damai, tetapi ikatan baik ini tidak berlangsung lama, terutama karena sengketa wilayah Kashmir.

2.    Lahirnya Bangladesh di Teluk Benggala Timur

 Pada tahun 1947, ketika terjadi Indian Independence Act 1947, bagian barat Benggala menjadi bagian dari India, sementara bagian timur bergabung dengan Pakistan dan dikenal sebagai Benggala Timur (kemudian menjadi Pakistan Timur). Kelak di kemudian hari, Pakistan Timur akan mencapai kemerdekaan dan menjadi negara yang terpisah, yaitu Bangladesh. Sejarah berdirinya Bangladesh sebagai berikut.

1)      Faktor-faktor Pendorong Lahirnya Negara Bangladesh

Dalam perspektif geografis, posisi Pakistan Barat dan Pakistan Timur terletak sangat jauh satu sama lain, dengan jarak yang mencapai jarak lebih dari 1.000 mil (sekitar 1.600 km). Kendati demikian, terdapat kendala dalam menjalin komunikasi antara kedua wilayah tersebut sehingga memicu perpecahan antara Pakistan Barat dengan Pakistan Timur.

Penetapan dialek Urdu sebagai bahasa nasional di Pakistan Timur dapat menjadi pemicu terbentuknya negara Bangladesh. Dialek Urdu digunakan di Pakistan Barat, di tempat lain yang berada di Pakistan Timur menggunakan dialek Bengali.

Pada tahun 1970, Liga Awami memenangkan pemilihan umum di Pakistan yang dipelopori oleh Sheikh Mujibur Rahman. Mereka memenangkan mayoritas dari kursi di Majelis Nasional dan berhak membentuk pemerintahan. Namun, Zulfikar Ali Bhutto dari Partai Rakyat Pakistan menolak Rahman sebagai Perdana Menteri dan mengusulkan dua Perdana Menteri untuk Pakistan Barat dan Timur. Usulan ini menimbulkan kemarahan di Pakistan Timur.

Pada akhirnya, Angkatan Darat Pakistan melancarkan operasi yang dikenal sebagai Operasi Searchlight, yang diawali pada 25 Maret 1971, dengan tujuan untuk mengatur pergerakan nasionalis Benggala yang berada di Pakistan Timur. Operasi ini berhasil merebut kendali atas kota-kota utama pada tanggal 26 Maret 1971 dan dalam waktu satu bulan berhasil menghilangkan semua bentuk oposisi, baik dari segi politik maupun militer. Kejadian ini menjadi titik awal dari deklarasi kemerdekaan Bangladesh dan perang kemerdekaan Bangladesh.

2)      Maklumat Kemerdekaan Bangladesh

Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh tentara Pakistan pada tanggal 25 Maret 1971 telah membuat orang-orang Bengali sangat marah. Sebagai respons terhadap kemarahan tersebut, Sheikh Mujibur Rahman telah menandatangani sebuah deklarasi resmi yang berisi hal-hal berikut ini.

Hari ini, Bangladesh telah merdeka dan berdaulat. Malam Kamis lalu, Angkatan Darat Pakistan Barat secara mengejutkan melakukan serangan terhadap Kantor Polisi Razarbagh dan Markas Tentara Bangladesh Pilkhana di Kota Dhaka. Banyak warga yang tidak bersalah dan tidak bersenjata tewas di Kota Dhaka dan daerah lainnya di Bangladesh. Kekerasan antara Bangladesh dan Pakistan terus berlanjut. Rakyat Benggala berjuang dengan keberanian besar untuk mencapai kemerdekaan Bangladesh. Semoga Allah memberikan pertolongan dalam perjuangan kita untuk mencapai kebebasan.

Melalui radio, Sheikh Mujibur juga mengarahkan rakyat untuk melakukan perlawanan tentara pendudukan Pakistan. Pada 26 Maret 1971, Sheikh Mujibur ditawan pada pukul 01.30 dini hari, seperti yang dilaporkan oleh Radio Pakistan. Sebuah surat kawat yang berisi pernyataan maklumat Sheikh Mujibur Rahman ditemukan oleh sekelompok mahasiswa di Chittagong. Pesan tersebut kemudian diartikan ke dalam Dialek Bengali oleh Dr. Manjula Anwar untuk disebarkan kepada masyarakat Bengali oleh sekumpulan mahasiswa himpunan mahasiswa. Namun, sekumpulan mahasiswa tidak berhasil mendapatkan persetujuan untuk menyebarluaskan pesan tersebut melalui Stasiun Agrabad yang dimiliki oleh Radio Pakistan. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk menyeberangi Jembatan Kalurghat menuju Stasiun Radio Kalurghat yang diduduki oleh Resimen Benggala Timur yang dipimpin oleh Mayor Ziaur Rahman. Tentara Benggala menaungi stasiun tersebut ketika sedang menyiapkan transmisi gelombang radio. Pada pukul 19.45, 27 Maret 1971, Mayor Ziaur Rahman  menyatakan maklumat kemerdekaan atas nama Sheikh Mujibur Rahman melalui gelombang radio tersebut. Dengan dimulainya deklarasi kemerdekaan ini, perang kemerdekaan Bangladesh dimulai.

3)      Perang Kemerdekaan Bangladesh

Pada bulan Maret 1971, terjadi perlawanan spontan yang tidak diharapkan akan berlangsung lama. Namun, ketika Tentara Pakistan melakukan tindakan keras terhadap penduduk, perlawanan semakin meningkat dan aktivitas Mukti Bahini atau Gerilyawan Bangladesh juga melakukan perlawanan. Militer Pakistan Barat berusaha untuk menumpas mereka, tetapi jumlah tentara Pakistan Timur yang berkhianat ke tentara Bangladesh meningkat. Tentara Bangladesh kemudian bergabung dengan Mukti Bahini dan mendapat bantuan dari India. Pakistan merespon dengan mengirim dua divisi infantri dan mereorganisasi tentara mereka. Pakistan juga memanggil tentara paramiliter di Razakar, Al-Badr dan Al-Sham, serta rakyat Benggala dan Muslim Bihar yang tidak mendukung kemerdekaan Bangladesh untuk melakukan perlawanan terhadap Mukti Bahini (Ali, 2021). Pada tanggal 17 April 1971, pemerintahan darurat Bangladesh dibentuk di Kota Mujib Nagar.

Komando tentara Bangladesh didirikan pada tanggal 11 Juli 1971 yang dimana terdapat Kolonel Osmani menjabat sebagai kepala komando, Letnan Kolonel Abdur Rab sebagai kepala Petugas Tentara, dan Kapten Khandker sebagai Wakil Kepala Petugas Tentara dan kepala Angkatan Udara. Bangladesh terbagi dalam Sebelas Sektor, di mana setiap sektor memiliki komandan yang dipilih dari perwira yang telah berkhianat dari tentara Pakistan untuk melaksanakan operasi gerilya dan mengajar tentara Bangladesh. Sebagian besar kemah pelatihan Bangladesh terletak di dekat wilayah perbatasan India dan berjalan dengan bantuan dari India. Tentara India memberikan bantuan kepada Mukti Bahini melalui Tentara Perbatasan Bangladesh.

Operasi gerilya yang dilakukan Mukti Bahini sempat menurun selama pelatihan dan kembali aktif setelah bulan Agustus 1971 karena di Kota Dhaka yang merupakan sektor ekonomi dan militer diserang oleh Tentara Pakistan. Salah satu keberhasilan Tentara Bangladesh yang luar biasa adalah Operasi Jackpot yang di mana angkatan laut Bangladesh berhasil menghancurkan kapal Pakistan di Chittagong dengan menggunakan ranjau pada tanggal 16 Agustus 1971. Namun, sebagai balas dendam, Pakistan melakukan pembalasan dengan mengambil nyawa ribuan penduduk Bangladesh.

Pada akhir tahun 1971, Tentara Bangladesh melancarkan serangan terhadap pos-pos tentara Pakistan, yang mengakibatkan 90 dari 370 pos perbatasan dikuasai oleh Tentara Bangladesh. Serangan gerilya Bangladesh semakin kuat, tetapi pembalasan dendam dari pihak Pakistan terhadap penduduk Bangladesh juga semakin melonjak akan kekerasan tersebut. Selain itu, Mukti Bahini berhasil merebut landasan terbang sementara di Lalmonirhat dan Shalutikar yang digunakan untuk menerima bantuan dan senjata dari India.

Akhirnya, Pakistan mengalami kekalahan dalam perang kemerdekaan Bangladesh yang ditandai dengan penyerahan diri  Pakistan kepada Bangladesh, 16 Desember 1971. Rakyat Bangladesh senang karena mereka telah dimerdekakan. Saat ini, Bangladesh butuh diakui oleh negara-negara lain karena hanya sedikit yang mengakui keberadaannya. Bangladesh telah memohon agar diakui PBB, namun upaya ini dihalangi oleh Tiongkok yang merupakan sekutu Pakistan. Amerika Serikat akhirnya mengakui adanya Bangladesh pada tahun 1972 setelah Persetujuan Shimla ditandatangani antara India dan Pakistan. Persetujuan ini menyatakan bahwa Pakistan mengakui kemerdekaan Bangladesh dan melepaskan tahanan perang Pakistan untuk memperlancar transisi. Dengan adanya persetujuan Shimla, dunia internasional akhirnya mengakui keberadaan Bangladesh (Matinuddin, 1994).

3.    Konflik di Asia Selatan Lainnya

Disamping insiden kekerasan antar umat beragama yang terjadi akibat migrasi penduduk pada periode 1947-1950 yang dipicu oleh pembagian British Raj dan konflik antara Pakistan Barat dan Pakistan Timur, Asia Selatan juga mencatat sejumlah konflik sejarah lainnya sebagai berikut.

1)      Perang Kashmir

India dan Pakistan sudah terlibat dalam tiga pertempuran yang berkaitan dengan masalah Kashmir pada tahun 1947, 1965, dan 1999. Kedua negara ini juga terlibat dalam beberapa pertempuran dalam upaya memperebutkan kekuasaan atas Gletser Siachen. India mengklaim seluruh wilayah Jammu dan Kashmir sebagai miliknya. Namun, klaim ini ditentang oleh Pakistan yang menguasai sekitar 37% wilayah Kashmir, yaitu Azad Kashmir dan bagian utara Gilgit Baltistan (Shoaib, 2010).

Perang Kashmir yang terjadi pada periode 1947-1948 merupakan konflik pertama yang melibatkan kedua pihak yang bersengketa. Setelah Kashmir bergabung dengan India, pasukan payung India dikirim ke Srinagar pada 27 Oktober 1947. Keterlibatan pasukan India di Kashmir membuat konflik dengan Pakistan semakin meluas. Pertempuran-pertempuran darat terjadi di wilayah Jammu dan Kashmir sebagai kawasan pertikaian yang terbatas (Hamka, 1994).

Perang ini berakhir dengan terbentuknya garis gencatan senjata di wilayah Kashmir, yang masih menjadi sengketa antara India dan Pakistan. Garis batas ini membagi wilayah Kashmir menjadi dua bagian, yaitu Pakistan Over Kashmir (POK) dan India Over Kashmir (IOK). Pasukan India menjaga wilayah timur Lembah Kashmir, Jammu, Ladakh, sementara Pakistan mengawasi wilayah barat Azad Kashmir (Bose & Sumantra, 2007).

Konflik kembali timbul pada tahun 1965, tepatnya dari tanggal 5 Agustus hingga 22 September 1965, ketika resolusi dan upaya perdamaian mengalami kegagalan. Sejak awal tahun 1965, sikap India terhadap Kashmir semakin buruk, sehingga kompromi semakin sulit. Hal ini dikarenakan, pada Maret 1965 terjadi pertempuran antara pasukan India dan Pakistan di perbatasan Bengal Barat dan Pakistan Timur. Selain itu, bulan April 1965 juga terjadi insiden serius di perbatasan India dan Pakistan, khususnya di Rann of Kutch. Kedua peristiwa tersebut merupakan penyebab timbulnya perang Kashmir 1965.

Pada tanggal 5 Agustus 1965, banyak tentara Pakistan menyeberangi Line Of Control dan masuk ke wilayah Kashmir. Sebagai bentuk balas dendam atas kejadian sebelumnya, India menyerang Lahore pada tanggal 6 September. Secara bersamaan, pasukan India dan Pakistan menyeberangi perbatasan Kashmir dan terjadi pertempuran tank yang menjadi Perang Kashmir tahun 1965. Perang ini dianggap sebagai perang terbesar antara Pakistan dan India dalam sengketa wilayah Kashmir.

Pada tanggal 22 September 1965, kedua negara telah mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang yang pada saat itu mengalami kebuntuan melalui gencatan senjata yang diamanatkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada tanggal 4 Januari 1966, India dan Pakistan bertemu di Taskent, Uzbekistan dan Perdana Menteri Aleksey Kosygin yang turut serta membantu proses gencatan senjata berhasil membawa kedua negara tersebut mencapai kesepakatan. Pada tanggal 10 Januari 1966, India dan Pakistan setuju untuk menarik semua pasukan bersenjata dari kedua negara paling lambat pada tanggal 25 Februari 1966, serta memperhatikan ketentuan-ketentuan gencatan senjata.

Namun, pada tahun 1999 terjadi perang yang dipicu oleh masalah Kashmir, khususnya di Kargil. Kargil merupakan sebuah distrik di wilayah Kashmir yang menjadi tempat terjadinya konflik militer ini. Perang Kargil dimulai ketika militer Pakistan melalui angkatan daratnya menyerang pos-pos keamanan yang dimiliki oleh India di Kargil dan berhasil menguasai beberapa pos lainnya. Tentu saja, tindakan ini memicu reaksi dari pihak India. Hal ini terjadi karena pasukan Pakistan telah melanggar Line of Control yang merupakan batas secara fisik di antara dua negara yang sedang bersengketa. Jelas terlihat bahwa Pakistan berusaha merebut Kargil sebagai bagian dari upaya untuk merebut Kashmir.

Ketegangan antara kedua negara ini telah terjadi sejak bulan Mei 1998 karena kedua negara tersebut melakukan latihan militer di Gletser Siachen. Ketegangan ini berujung pada operasi militer yang diduga dilakukan dengan tujuan untuk menginternasionalisasikan isu Kashmir dan mendapatkan perhatian dari dunia internasional. Pada akhirnya, Perang Kargil atau Perang Kashmir tahun 1999 berakhir karena adanya intervensi dari komunitas internasional yang bertujuan untuk mencegah terjadinya perang nuklir yang dapat mengancam kedua negara, mengingat bahwa keduanya telah melakukan uji coba bom nuklir sebelum konflik di Kargil ini meletus. Sampai penulisan ini dibuat, konflik di Kashmir masih terus mengalami ketegangan antara kedua negara tersebut.

2)      Krisis Rasial di Sri Lanka

Sejak mencapai kemerdekaan dari Inggris pada tanggal 4 Februari 1948, Sri Lanka yang pada saat itu dikenal sebagai Ceylon, telah terlibat dalam konflik antara orang Sinhala dan Tamil di Sri Lanka. Orang Sinhala memiliki sentimen kebencian terhadap orang Tamil setelah negara ini merdeka (Bose & Sumantra, 2007). Mereka merasa bahwa orang Tamil diberikan perlakuan istimewa oleh Inggris pada masa pendudukan Inggris di Ceylon. Sebagai hasilnya, pemerintah yang dikuasai oleh orang Sinhala mencabut hak-hak pekerja Tamil dari India, mengganti bahasa resmi negara dari bahasa Inggris menjadi bahasa Sinhala, dan menjadikan agama Buddha sebagai agama resmi di Sri Lanka. Tindakan-tindakan ini menyebabkan protes keras dari orang Tamil yang merasa didiskriminasi.

Untuk menghapus jejak kolonialisme, pemerintah Sinhala mengubah nama negara dari Ceylon menjadi Sri Lanka pada tahun 1972. Namun, upaya ini tidak berhasil meredakan ketegangan etnik yang terus tumbuh akibat kurangnya upaya pemerintah dalam merangkul minoritas Tamil. Pada tahun 1976, beberapa orang Tamil membentuk kelompok yang bernama Liberation Tigers of Tamil Eelam. Mereka ingin membebaskan tanah air Tamil di utara dan timur Sri Lanka, di mana banyak orang Tamil yang menetap di sana. Kelompok Liberation Tigers of Tamil Eelam ingin kemerdekaan bagi tanah air mereka (Mahr, 2013).

Pada tahun 1983, kelompok Liberation Tigers of Tamil Eelam menyerang konvoi tentara Sri Lanka dan menewaskan 13 tentara. Serangan ini disebabkan kemarahan etnis Sinhala dan menyebabkan kerusuhan di Sri Lanka pada waktu itu. Sebagai akibatnya, sekitar 400 hingga 3.000 orang Tamil meninggal dan ratusan ribu lainnya terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka. Kejadian ini dikenal sebagai “Juli Hitam” dan menjadi pemicu terjadinya Perang Sipil Sri Lanka yang berlangsung lama.

Selama perang, Liberation Tigers of Tamil Eelam adalah organisasi pembebasan yang sangat radikal. Mereka terkenal karena melakukan aksi bom bunuh diri, merekrut anak-anak menjadi tentara, dan melakukan tindakan-tindakan lainnya. Organisasi ini mendapatkan dana operasional dari sumbangan yang diberikan oleh diaspora Tamil di Kanada, Inggris, dan India. Sumbangan ini seringkali dilakukan oleh diaspora Tamil dengan harapan agar keluarga mereka dapat selamat dari konflik.

Meskipun resolusi gencatan senjata sering kali gagal meredakan konflik antara kedua belah pihak, terjangan Tsunami pada tahun 2004 telah membuat kerusuhan antara Sinhala dan Tamil berhenti. Namun, pembunuhan Menteri Luar Negeri Sri Lanka, Lakshman Kadirgamar pada tahun 2005, kembali memicu konflik yang terus berlanjut. Dalam dua tahun berikutnya, pemerintah Sri Lanka dan kelompok separatis Liberation Tigers of Tamil Eelam sering kali melanggar kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati sebelumnya.

Pada akhirnya, bulan Mei 2009, pemerintah Sri Lanka mengatakan bahwa mereka telah berhasil mengalahkan semua kelompok pemberontak Liberation Tigers of Tamil Eelam dan menyatakan bahwa perang telah berakhir. Banyak anggota kelompok Liberation Tigers of Tamil Eelam, termasuk pemimpin mereka, dieksekusi mati sebagai akibatnya (Manivannan, 2019). Menurut perkiraan PBB, sekitar 40.000 warga sipil tewas pada saat perang mencapai puncak sebelum penumpasan total. Jika total orang tewas ini dijumlahkan, diperkirakan bahwa lebih dari 100.000 orang tewas selama perang berlangsung. Meskipun tindakan yang dilakukan oleh kelompok Liberation Tigers of Tamil Eelam selama 26 tahun, perang saudara ini dilakukan dengan berbagai cara yang fanatik dan keras, aksi mereka lebih berkaitan dengan nasionalisme dan etnis daripada perang yang dipicu karena perbedaan agama.

KESIMPULAN

Pembagian India dan pembentukan Pakistan pada tahun 1947 merupakan peristiwa yang signifikan dalam mengubah konfigurasi politik, ekonomi, dan sosial di kawasan Asia Selatan. Pembagian ini didasarkan pada pertimbangan agama, dimana India menjadi negara sekuler dengan mayoritas penduduk beragama Hindu, sementara Pakistan terbentuk sebagai negara yang diperuntukkan bagi umat Muslim, mencakup wilayah Pakistan Barat dan Pakistan Timur. Peristiwa pasca kemerdekaan India dan Pakistan mencerminkan kompleksitas hubungan antara kedua negara ini. Masa depan hubungan bilateral mereka tetap tidak pasti, dengan potensi konflik dan kerjasama yang selalu ada. Perdamaian dan stabilitas di kawasan ini tetap menjadi tujuan yang diinginkan dari berbagai golongan, baik dalam maupun luar.

Konflik antara Pakistan Barat dan Pakistan Timur telah menghasilkan kemerdekaan bagi rakyat Bengali dan membentuk negara Bangladesh. Kemerdekaan Bangladesh ini telah mengkonsolidasikan identitas nasional mereka sebagai sebuah negara berdaulat yang merdeka. Hal ini memberikan rasa kebanggaan dan jati diri bagi penduduk Bangladesh, yang sebelumnya merupakan bagian dari Pakistan Timur. Kemerdekaan Bangladesh ini merupakan tonggak sejarah yang penting dan telah membuka jalan bagi perkembangan dan kemajuan negara ini. Meskipun masih dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti kemiskinan, korupsi, dan ketegangan politik, Bangladesh terus berusaha menuju hari esok yang lebih baik dengan cara memanfaatkan hikmah dan pelajaran yang diperoleh dari sejarah mereka.

Selain itu, terdapat konflik yang sedang berlangsung di wilayah Kashmir yang telah berjalan selama berpuluh-puluh tahun dan masih berlanjut sampai saat ini. Konflik ini menyangkut dua negara, yaitu India dan Pakistan, yang keduanya mengklaim sebagian atau seluruh wilayah Kashmir. Konflik Kashmir memiliki dimensi etnis dan agama yang signifikan, dengan mayoritas penduduk Kashmir yang beragama Muslim menginginkan kemerdekaan atau bergabung dengan Pakistan, sementara India menganggap Kashmir sebagai bagian integral dari negaranya yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. Meskipun demikian, konflik wilayah Kashmir merupakan salah satu konflik terpanjang di dunia yang masih berlanjut hingga penulisan ini dibuat. Solusi untuk konflik ini akan memerlukan kerja sama yang kuat antara India, Pakistan, dan komunitas internasional, serta komitmen untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan dan keadilan bagi penduduk Kashmir.

Apabila melihat ke arah selatan India, terdapat sebuah negara bernama Sri Lanka yang memiliki sejarah konflik rasial yang kompleks. Krisis rasial di Sri Lanka telah berlangsung selama waktu yang lama dan berdampak signifikan pada negara tersebut. Krisis ini berasal dari ketegangan antara mayoritas Sinhala (Buddha) dan minoritas Tamil (Hindu), yang meliputi konflik etnis dan agama, serta masalah sejarah dan politik. Krisis ini mencapai puncaknya dalam bentuk perang saudara yang berkepanjangan antara pemerintah Sri Lanka dan kelompok pemberontak Liberation Tigers of Tamil Eelam selama lebih dari dua dekade sebelum berakhir pada tahun 2009 dengan kemenangan militer pemerintah. Perang saudara tersebut mengakibatkan kerusakan besar-besaran, hilangnya banyak nyawa, dan trauma yang mendalam bagi masyarakat Sri Lanka. Pemulihan pasca perang melibatkan rekonstruksi fisik, pemulihan sosial, dan upaya rekonsiliasi. Meskipun perang berakhir, Sri Lanka masih menghadapi tantangan besar dalam mencapai rekonsiliasi nasional dan pemulihan pasca-konflik. Konflik antara komunitas Sinhala dan Tamil tetap ada, terutama dalam hal hak asasi manusia, status etnis, dan pertimbangan politik. Rekonsiliasi nasional dan upaya untuk mengatasi ketegangan etnis dan agama adalah kunci untuk kehidupan yang lebih kukuh dan aman di Sri Lanka. Untuk mencapai perdamaian dan stabilitas jangka panjang, penting bagi Sri Lanka untuk terus bekerja menuju rekonsiliasi nasional, mengatasi masalah hak asasi manusia, dan mempromosikan dialog antar komunitas yang lebih luas.

DAFTAR RUJUKAN

Abror. 2020. Cara Tepat Melakukan Penelitian Sejarah. Jakarta: Republika.

Anjali Manivannan. 2019. A Decade Without Justice for Sri Lanka’s Tamils. (Online). (https://thediplomat.com), diakses pada tanggal 29 September 2023.

Bose, Sumantra. 2007. Disputed territories: Israel-Palestine, Kashmir, Bosnia, Cyprus, and Sri Lanka. UK: Harvard University Press.

Choudhury. 1994. The End of United Pakistan. UK: Oxford University Press.

Gottschalk. 1975. Mengerti sejarah pengantar metode sejarah. (Terjemahan: Notosoesanto). Jakarta: Yayasan Universitas Indonesia.

Khan Syed Shaiz Ali. India-Pakistan War. 2021. USA: University of California Press.

Krista Mahr. 2013. Sri Lanka to Start Tally of Civil-War Dead. USA: Time.

Matinuddin. 1994. The East Pakistan Crisis, 1968-1971, was a tragic series of mistakes. Pakistan: Reverie.

Metcalf, Barbara. 2012. A Short History of Modern India. UK: Cambridge University Press.

Rainer. 2004. Metodologi Penulisan Sejarah. Jakarta: Gagas Media.

Raja Qaiser Ahmed. 2022. Pakistan Factor and the Competing Perspectives in India: Party Centric View. Dehli: Palgrave Macmillan.

Rusjdi Hamka. 1994. Kashmir: A World of Beauty on Trial. Jakarta: Pustaka Panji Mas.

Shoaib. 2010. Pakistan's bad policy towards Kashmir. Sri Lanka: Guardian.

Sumargono. 2021. Metodologi Penelitian Sejarah. Klaten: Lakeish.

 
 
 
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (ARDI TRI YUWONO) © 2020