Ilmu yang mempelajari dan
menyusun hipotesis-hipotesis tentang terjadinya tata surya dan bumi disebut
kosmogoni. Berikut beberapa teori pembentukan tata Surya.
a. Hipotesis Kabut - Teori Nebula
Teori ini dikemukakan oleh
Kant (1755) seorang Jerman dan Laplace (1796) seorang Perancis. Masing-masing
mengemukakan teori kabut mengenai susunan matahari, kemudian disempurnakan oleh
CF Van Weizacher (1944) dan G.P. Kuiper (1951) sehingga menjadi teori kondensasi.
Inti teorinya sebagai berikut.
Tata surya pada mulanya
awan gas atau nebula yang berputar. Sambil memadat, pusat awan ini memutar
dengan cepat. Melepaskan cincin-cincin gas, yang kemudian membentuk
planet-planet, satelit-satelit yang beredar. Dan massa intinya menjadi matahari
yang sekarang ini.
b. Hipotesis Planetesimal
Teori ini dikemukakan oleh
Chamberlin dan Moulton (1905). Masing-masing mengemukakan teorinya yang
terkenal, yaitu teori planetesimal. Garis besar teori ini sebagai berikut.
Susunan matahari terlebih
dahulu merupakan sebuah kabut pilin. Pada kabut pilin ada himpunan benda-benda
halus yang disebut planetesimal. Yang lebih besar menarik yang kecil, kemudian
menjadi bola besar di tengah-tengahnya. Akhirnya bola besar itu menjadi
matahari dan planetesimal menjadi planet-planet.
Oleh karena kabut pilin
sejak semula dalam keadaan berputar maka segala planet bersama satelitnya masih
tetap berotasi serta semuanya beredar mengelilingi pusatnya, yaitu matahari.
c. Hipotesis Pasang Surut
Teori ini dikemukakan oleh
Yames Yeans (1917) ahli bintang bangsa Amerika. Ia mengemukakan teori pasang
surut. Garis besar teori ini sebagai berikut.
Bumi dibentuk pada waktu
sebuah bintang melintas berdekatan dengan matahari dan menarik keluar dari
permukaan matahari gumpalan gas yang amat besar berbentuk cerutu. Kemudian
gumpalan gas tersebut pecah menjadi bagian-bagian yang mendingin dan memadat
membentuk planet-planet.
d. Hipotesis Peledakan
Bintang
Teori ini dikemukakan oleh
ahli astronomi Inggris Fred Hoyle (1956). Matahari mempunyai kawan sebuah
bintang, pada mulanya berevolusi satu sama lain, kemudian ada di antaranya yang
memadat dan mungkin terjerat ke dalam orbit keliling matahari yang lain, lalu
meledak dan bebas di ruang angkasa. Teori ini didukung banyak ahli astronomi
karena dewasa ini banyak diketemukan bintang ganda atau kembar.
e. Hipotesis Kuiper
Astronom Gerard P. Kuiper
(1905 - 1975) menjelaskan bahwa alam semesta terdiri atas formasi
bintang-bintang. Menurut dia pusat yang memadat berkembang dalam suatu awan
antarbintang dari gas hidrogen. Pusat yang satu lebih besar daripada pusat yang
lainnya, kemudian memadat menjadi bintang tunggal, yaitu matahari.
Peristiwa berikutnya, kabut
menyelimuti pusat yang lebih kecil yang disebabkan adanya daya tarik dari massa
yang lebih besar, menyebabkan awan yang lebih kecil terpecah-pecah menjadi awan
yang lebih kecil yang disebut proto planet. Setelah suatu periode yang lama,
proto planet tersebut menjadi planet-planet seperti yang kita lihat sekarang
ini.
Bila kedua awan mempunyai ukuran yang sama maka akan terbentuk bintang ganda. Formasi bintang ganda sangat sering terjadi di alam semesta ini.
SUMBER:
Bayu Kurniawan, Chandra
Kirana, Cinta Setya, dkk. 2021. BELAJAR PRAKTIS GEOGRAFI untuk SMA/MA Kelas
X Semester 2. Klaten: Viva Pakarindo.
