Ada beberapa pendekatan geografi menurut Nursid Sumaatmadja, yaitu pendekatan keruangan, ekologi, historis, dan pendekatan sistem.
1. Pendekatan Keruangan
(Spatial Approach)
Pendekatan
keruangan merupakan metode pendekatan yang khas dalam geografi. Pada
pelaksanaan pendekatan keruangan ini harus tetap berdasarkan prinsip-prinsip
yang berlaku. Prinsip-prinsip tersebut, antara lain prinsip penyebaran, interelasi,
dan deskripsi, sedangkan yang termasuk pendekatan keruangan, yaitu pendekatan
topik, pendekatan aktivitas manusia, dan pendekatan regional.
a.
Pendekatan Topik
Dalam
mempelajari suatu masalah geografi di wilayah tertentu, kita dapat mengadakan
pendekatan dari topik tertentu yang menjadi perhatian utama. Misalnya di daerah
tertentu, topik yang menjadi perhatian utama adalah kelaparan maka kelaparan
inilah yang menjadi sorotan utama dalam pendekatan topik.
Yang
menjadi pegangan pokok dalam melakukan pendekatan topik ini, yaitu tidak boleh
dilepaskan hubungannya dengan ruang yang menjadi wadah gejala atau topik yang
kita dekati. Faktor-faktor geografi seperti manusianya dan keadaan fisisnya
tidak boleh diabaikan. Dengan landasan keruangan ini, kita akan dapat
mengungkapkan karakteristik kelaparan di daerah yang bersangkutan kalau
dibandingkan dengan gejala atau kelaparan di wilayah yang lainnya. Kelaparan di
daerah tersebut diungkapkan jenis-jenisnya, sebab-sebabnya, penyebarannya,
intensitasnya, dan interelasinya dengan gejala yang lain dan dengan masalah
secara keseluruhan.
b.
Pendekatan Aktivitas Manusia (Human
Activities)
Aktivitas
penduduk ini dapat ditinjau dari penyebarannya, interelasinya, dan deskripsinya
dengan gejala-gejala lain yang berkenaan dengan aktivitas tadi. Ditinjau dari
penyebarannya, kita akan dapat membedakan jenis aktivitas tadi sehubungan
dengan mata pencarian penduduk. Apakah aktivitas itu berlangsung di daerah
pegunungan, apakah di dataran rendah, apakah dekat dengan sungai, apakah dari
sungai, apakah di pantai, dan seterusnya.
Dari
kegiatan penyebaran penduduk tadi, kita dapat mengungkapkan interelasinya
dengan keadaan kesuburan tanah, dengan hidrografi, dengan keadaan
komunikasi-transportasi, dengan keadaan tinggi-rendah permukaan, dan dengan
faktor-faktor geografi lainnya. Oleh karena itu, kita dapat membuat suatu
deskripsi tentang aktivitas penduduk tadi berdasarkan interelasi keruangan
dengan gejala-gejala lain dan dengan berbagai masalah sebagai sistem
keruangannya.
c.
Pendekatan Regional
Pendekatan
regional berarti mendekati suatu gejala atau suatu masalah dari regional,
wilayah tempat gejala atau masalah tersebut tersebar. Tekanan utama
pendekatannya bukan kepada topik atau aktivitas manusianya, melainkan kepada
region yang merupakan tempat atau wadahnya. Jadi, wilayah dan ekologinya
berdiri sendiri dalam satu ruangan. Misalnya dalam melakukan studi tentang
masalah kelaparan, kita dapat melakukan pendekatan regional tentang gejala
kelaparan tadi. Dalam hal ini meninjau kelaparan berdasarkan wilayahnya.
Pertanyaan yang dapat dikemukakan, yaitu di wilayah-wilayah mana saja kelaparan
terjadi? Kita akhirnya dapat mengungkapkan penyebaran gejala atau masalah
kelaparan di permukaan bumi.
Berdasarkan
penyebarannya kita dapat pula mengungkapkan apa sebabnya kelaparan itu terjadi
di region/wilayah yang bersangkutan. Selanjutnya kita dapat mengungkapkan
interelasi dan interaksi gejala kelaparan itu dengan gejala-gejala yang lain
pada region yang sama. Dalam hal ini berarti bahwa kita telah mengungkapkan
interelasi dan interaksi keruangan gejala kelaparan dengan gejala atau faktor
geografi lainnya, seperti faktor aktivitas penduduknya. Selanjutnya, dari hasil
pendekatan regional dengan didasarkan atas prinsip-prinsip geografi, kita akan
dapat mengadakan deskripsi gejala atau masalah kelaparan tadi pada
region/wilayah yang bersangkutan.
2.
Pendekatan Ekologi (Ecological Approach)
Pendekatan
ekologi adalah suatu metodologi untuk mendekati, menelaah, dan menganalisis
suatu gejala atau masalah dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi. Dalam
hal ini, metodologi pendekatan, penganalisisan, dan penelaahan gejala dan
masalah geografi.
Pandangan
dan penelaahan ekologi diarahkan kepada hubungan antara manusia sebagai makhluk
hidup dengan lingkungan alam. Pandangan dan penelaahan ini dikenal sebagai
pendekatan ekologi, yang dapat mengungkapkan masalah hubungan penyebaran dan
aktivitas manusia dengan lingkungan alamnya. Pada pendekatan ekologi suatu
daerah pemukiman, daerah pemukiman tersebut ditinjau sebagai suatu bentuk
ekosistem hasil interaksi penyebaran dan aktivitas manusia dengan lingkungan
alamnya. Demikian pula jika kita mengkaji daerah pertanian, daerah
perindustrian, daerah perkotaan, dan lain-lain.
Geografi
dapat dikatakan juga sebagai ilmu tentang ekologi manusia yang bermaksud
menjelaskan hubungan antara lingkungan alam dengan penyebaran dan aktivitas
manusia. Pokok dari geografi adalah berkenaan dengan studi tentang ekologi
manusia pada area/daerah yang khusus.
Pengertian
geografi pada konteks ini bukan merupakan pengertian geografi secara
keseluruhan, melainkan kepada geografi regional. Meninjau region sebagai suatu
bentuk ekosistem hasil hubungan dan penyesuaian penyebaran aktivitas manusia
dengan lingkungannya pada area atau daerah tertentu. Interelasi manusia dengan
alam lingkungan di sekitarnya dikaji berdasarkan konsep dan prinsip ekologi.
3.
Pendekatan Historis (Pendekatan Kronologi)
Menurut
Preston E. James, sejarah dan geografi merupakan ilmu yang dwitunggal. Tempat
dan waktu menyajikan kerangka kerja yang di dalamnya dapat dijelaskan pranata
manusia dan proses perubahan kebudayaan yang dapat ditelusuri. Hartshorne
mengemukakan pentingnya dimensi sejarah pada geografi. Jika dimensi tempat
menjelaskan interelasi keruangannya maka dimensi sejarah dapat menjelaskan
dimensi waktunya dan dapat menjelaskan pertumbuhan dan perkembangannya.
Pada
studi geografi, metodologi dengan menggunakan dimensi urutan waktu atau dimensi
sejarah, dikenal sebagai pendekatan historis atau pendekatan kronologi. Dengan
menerapkan pendekatan historis suatu gejala atau suatu masalah pada ruang
tertentu, kita dapat mengkaji perkembangannya dan dapat pula melakukan prediksi
proses gejala atau masalah tadi pada masa-masa yang akan datang. Melalui
pendekatan historis ini, kita dapat melakukan pengkajian dinamika dan
perkembangan suatu gejala geografi di daerah atau di wilayah tertentu.
Meneliti,
menganalisis, dan mengadakan interpretasi peta suatu wilayah dengan menggunakan
pendekatan historis, artinya dengan menggunakan peta perkembangan daerah
berdasarkan urutan waktunya, kita akan dapat melihat kecenderungan ke arah mana
kota itu tumbuh berkembang beserta apa penunjangnya.
4.
Pendekatan Sistem (System Approach)
Pendekatan
sistem merupakan metode berpikir sintetik yang diterapkan pada masalah yang
merupakan suatu sistem, sedangkan yang dimaksud dengan mode berpikir sintetik,
yaitu mode berpikir yang didasarkan atas doktrin ekspansionisme. Doktrin
ekspansionisme adalah cara meninjau suatu benda atau suatu hal sebagai bagian
dari keseluruhan yang besar.
Gejala
yang berkaitan dengan gejala yang menjadi sorotan utama tadi dapat ditetapkan
sebagai subsistem dari gejala-gejala utamanya. Pendekatan dan penelaahan gejala
geografi utama dengan subsistemnya, ditinjau sebagai satu kebulatan yang tidak
terpisahkan satu sama lain. Sebagai ilustrasi misalnya kita menelaah suatu
jenis pertanian yang kita tetapkan sebagai satu sistem. Jika pertanian kita
tetapkan sebagai satu sistem, gejala-gejala yang berhubungan dengan pertanian
tadi, kita tetapkan sebagai subsistemnya. Contoh, tanah dengan kesuburannya,
keadaan hidrografi dengan distribusi dan fluktuasi airnya, cuaca dengan segala
unsur dan perubahannya, manusia dengan segala aktivitasnya, teknologi dengan
segala perlengkapannya, dan lain-lain. Pendekatan sistem seperti di atas, dapat
ditetapkan pada sistem keruangan industri, pemukiman, perkotaan, pelabuhan,
jaringan komunikasi, transportasi, dan lain-lainnya.
SUMBER :
