Perubahan struktur kelompok sosial
karena sebab-sebab dari luar. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut.
1. Perubahan situasi atau keadaan di mana kelompok
tadi hidup
Perubahan pada situasi dapat pula
mengubah struktur kelompok sosial tadi. Ancaman dari luar, misalnya seringkali
merupakan faktor yang mendorong terjadinya perubahan struktur kelompok sosial.
Situasi membahayakan yang berasal dari luar memperkuat rasa persatuan dan
mengurangi keinginan-keinginan para anggota kelompok sosial untuk mementingkan
diri sendiri.
2. Pergantian anggota-anggota kelompok
Pergantian anggota kelompok
contohnya, personalia suatu pasukan. Angkatan bersenjata sering mengalami
pergantian dan hal itu tidak selalu mengakibatkan perubahan struktur secara
keseluruhan. Akan tetapi, ada pula kelompok-kelompok sosial yang mengalami
kegoncangan-kegoncangan apabila ditinggalkan salah seorang anggotanya, apalagi
kalau anggota yang bersangkutan mempunyai kedudukan penting misalnya, dalam
suatu keluarga. Apabila seorang ayah yang menjadi tulang punggung keluarga
kemudian meninggal dunia, hal ini dapat menimbulkan guncangan besar terhadap
keluarga tersebut. Bisa saja keluarganya jatuh miskin karena tidak ada lagi
yang menanggung kebutuhan-kebutuhan hidup mereka.
3. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam situasi
sosial dan ekonomi.
Perubahan ini dapat dilihat di
sekitar kita. Misalnya, dalam keadaan depresi suatu keluarga akan bersatu untuk
menghadapinya walaupun anggota-anggota keluarga tersebut mempunyai agama
ataupun pandangan politik yang berbeda satu dengan lainnya.
Di dalam dinamika kelompok, mungkin
terjadi pertentangan antarkelompok. Apabila terjadi peristiwa tersebut maka
secara hipotesis prosesnya adalah sebagai berikut.
- Apabila dua kelompok bersaing, akan timbul stereotip.
- Kontak antara kedua kelompok yang bermusuhan, tidak akan mengurangi sikap bermusuhan itu sendiri.
- Tujuan yang harus dicapai dengan kerja sama, dapat menetralisasi kan sikap bermusuhan.
- Di dalam kerja sama mencapai tujuan, stereotip yang semula negatif menjadi positif.
Konflik antarkelompok mungkin terjadi
karena persaingan untuk mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama atau terjadi
pemaksaan unsur-unsur kebudayaan tertentu. Di samping itu, mungkin ada
pemaksaan agama, dominasi politik atau adanya konflik tradisional yang
terpendam. Contohnya, adalah hubungan antara kelompok mayoritas dan minoritas.
Reaksi golongan minoritas kelompok mungkin dalam bentuk sikap tindak menerima,
agresif, menghindari atau asimilasi.
Masalah dinamika kelompok, juga
menyangkut gerak atau perilaku kolektif. Gejala tersebut merupakan suatu cara
berpikir, merasa dan beraksi suatu kelompok individu yang serta merta dan tidak
berstruktur. Sebab-sebab suatu kumpulan individu menjadi agresif antara lain
adalah:
- frustasi selama jangka waktu yang lama.
- tersinggung.
- dirugikan.
- ada ancaman dari luar.
- diperlukan tidak adil.
- terkena pada bidang-bidang kehidupan yang sangat sensitif.
Contoh kasusnya adalah perkembangan
yang terjadi dalam dunia politik di negeri kita, yang memperlihatkan partai
peserta pemilu dari yang semula berjumlah hanya tiga partai pada masa Orde
Baru, kemudian berubah setelah memasuki masa pasca reformasi menjadi sistem
multipartai yang memunculkan puluhan partai. Hal ini menandakan bahwa dinamika
yang terjadi di masyarakat terjadi karena perubahan pola pikir dan sistem
pemerintahan. Kelompok dalam bidang politik pada akhirnya memiliki tujuan dan
cara yang berbeda dalam melaksanakan kemajuan masing-masing. Contoh lainnya
adalah dalam bidang pendidikan, yaitu terjadinya perubahan kurikulum yang
digagas oleh kelompok pendidik yang memiliki gagasan baru dalam menghadapi
setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat, khususnya dalam bidang
pendidikan.
Sumber:
Bagja Waluya.
2009. Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Lawang, Robert
M.Z. 1980. Pengantar Sosiologi. Jakarta: UT.
Soekanto,
Soerjono. 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali.