Istilah Penginderaan Jauh | ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (ARDI TRI YUWONO)
Gunakan fitur "search my site" untuk mencari artikel yang anda inginkan
 

Minggu, 19 Desember 2021

Istilah Penginderaan Jauh

 

Istilah penginderaan jauh saat ini bukan lagi merupakan hal asing. Jika Anda sering memerhatikan berita baik dari televisi maupun media cetak, kata penginderaan jauh sering muncul. Di negara Indonesia sering disingkat dengan PJ dan Indraja. Di beberapa negara lain dikenal dengan sebutan Remote Sensing (Inggris), Teledetection (Prancis), Fernerkundung (Jerman), Sensoriamento Remota (Portugis), Distansionaya (Rusia), dan Perception Remota (Spanyol).

 


Pada awal perkembangannya, penginderaan jauh hanya berfungsi sebagai teknik atau cara untuk mendapatkan data dari permukaan bumi yang dilakukan tanpa harus kontak dengan permukaan bumi. Dalam perkembangan selanjutnya, penginderaan jauh sering diposisikan sebagai suatu ilmu.

 

Everett dan Simonett memberikan batasan bahwa penginderaan jauh adalah suatu ilmu karena di dalamnya terdapat suatu sistematika tertentu untuk dapat menganalisis informasi dari permukaan bumi. Ilmu ini harus dapat dipadukan dengan beberapa ilmu lain, seperti geologi, geomorfologi, geodesi, meteorologi, tanah, dan perkotaan.

 

Lillesand dan Kiefer (1994) mengemukakan bahwa penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk mendapatkan informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji. Alat yang dimaksud tidak berhubungan langsung dengan objek, yaitu alat yang pada waktu perekaman objek tidak ada di permukaan bumi, tetapi berada di angkasa maupun luar angkasa. Oleh karena itu, dalam proses perekaman menggunakan wahana atau media pembantu seperti satelit, pesawat udara, dan balon udara. Data hasil penginderaan jauh sering dinamakan citra.

 

Usia pengetahuan mengenai penginderaan jauh sebenarnya masih relatif muda. Namun, pemakaian penginderaan jauh cukup pesat.

Pemakaian penginderaan jauh itu antara lain untuk mendapatkan data atau informasi yang tepat, singkat, dan akurat dari seluruh pelosok Indonesia. Data dari citra sangat penting untuk pembangunan, seperti mendeteksi dan menginventarisasi sumber daya alam, daerah banjir, kebakaran hutan, sebaran permukiman, dan landuse.

 

Di Indonesia pernah digunakan dua istilah, yaitu penginderaan jauh dan teledeteksi. Keunggulan teledeteksi terletak pada ringkasnya dan serupa dengan istilah lain yang telah banyak digunakan orang, seperti telegram, telepon, dan televisi. Kelemahannya terletak pada arti kata deteksi yang sering digunakan dengan lingkup lebih sempit jika dibandingkan dengan arti penginderaan.

 

Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu objek yang sedang diamati sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau. Sebagai contoh, memotret bunga di taman. Citra taman di halaman rumah yang berhasil dibuat merupakan citra taman tersebut. Proses pembuatan citra dengan cara memotret objek dapat dilakukan dengan arah horisontal maupun vertikal dari udara (tampak atas). Hasil citra secara horisontal tampak sangat berbeda jika dibandingkan dengan hasil pemotretan dari atas atau udara. Gambar yang dicitra dengan arah horisontal menghasilkan citra tampak samping, sedangkan dengan arah vertikal menghasilkan citra tampak atas baik tegak maupun miring (obliq).

 

Menurut Hornby, citra adalah gambaran yang terekam oleh kamera atau alat sensor lain. Adapun menurut Simonet dkk, citra adalah gambar rekaman suatu objek (biasanya berupa gambaran pada citra) yang diperoleh melalui cara optik, elektro-optik, optik-mekanik, atau elektro-mekanik. Sedangkan, wahana diartikan sebagai kendaraan yang membawa alat pemantau. Wahana sering pula dinamakan mediator.

 

Berdasarkan ketinggian peredarannya, posisi wahana dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut.

 

Pesawat terbang rendah sampai medium (low to medium altitude aircraft) ketinggian antara 1.000–9.000 meter dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkannya adalah citra foto (foto udara).

 

Pesawat terbang tinggi (high altitude aircraft) dengan ketinggian sekitar 18.000 meter dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkannya adalah citra udara dan multispectral scanner data.

 

Satelit dengan ketinggian antara 400–900 km dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan adalah citra satelit.

 

Sumber:

 

Bambang Utoyo. 2009. Membuka Cakrawala Dunia untuk Kelas XII Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

 

Sutanto. 1988. Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

 

Sutanto. 1988. Penginderaan Jauh Jilid 2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

 
 
 
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (ARDI TRI YUWONO) © 2020