Byzantines, seperti orang Romawi
sebelum mereka, menyukai chariot races. Di hippodrome (dari bahasa Yunani
"horse way"), tim kereta empat kuda akan meluncur di sekitar
trek berbentuk U seperti lubang
gladiator berdarah di Kota Roma.
Persaingan antar tim begitu kuat sehingga mereka mampu mempermalukan
persaingan sepak bola.
Pada tahun 532, "kerusuhan
Nika" antara penggemar yang bersaing membakar setengah kota Konstantinopel
dan hampir membunuh kaisar Justinian.
Hippodrome sangat penting, kemudian, untuk kebahagiaan (dan, kadang-kadang,
ketidakbahagiaan) penduduk kota. Ini merupakan situs di mana warga dapat
melihat dan bersorak bersama (atau melawan) Kaisar mereka.
Kata Hippodrome berasal dari kata
Yunani hippos (ἵππος), kuda, dan dromos (δρόμος), jalur atau
jalan. Karena alasan ini, terkadang disebut juga Atmeydanı ("Lapangan
Kuda") dalam bahasa Turki. Pacuan kuda dan balap kereta perang merupakan
hiburan populer pada zaman dahulu dan Hippodrome merupakan ciri umum kota-kota
Yunani pada era Byzantines, Romawi, dan Helenistik.
Untuk meningkatkan citra ibu kota
barunya, Konstantinus Agung dan para penerusnya, khususnya Theodosius Agung,
membawa berbagai karya seni dari seluruh penjuru kekaisaran untuk menghiasinya.
Monumen-monumen tersebut didirikan di tengah Hippodrome ini, yakni spina. Di
antaranya adalah Tripod dari Plataia, sekarang dikenal sebagai Tiang Ular,
dibuat untuk merayakan kemenangan bangsa Yunani atas bangsa Persia selama
Perang Persia pada abad ke-5 SM.
Konstantinus memerintahkan agar
Tripod tersebut dipindahkan dari Kuil Apollo di Delfi, dan ditempatkan di tengah-tengah
Hipodrom ini. Bagian atasnya dihiasi dengan sebuah mangkuk emas yang ditopang
oleh tiga kepala ular. Mangkuk ini dihancurkan atau dicuri selama Perang Salib
Keempat. Kepala-kepala ular tersebut dihancurkan setidaknya pada akhir abad
ke-17, sebab banyak miniatur Ottoman yang memperlihatkan karya-karya ini masih
utuh pada abad-abad awal penaklukan Turki atas Konstantinopel. Beberapa bagian
kepala tersebut ditemukan dan diperlihatkan di Museum Arkeologi Istanbul. Saat
ini yang tersisa dari Tripod Delfi tersebut adalah landasan atau dasarnya,
dikenal sebagai "Tiang Serpentina" atau "Tiang Ular".
Kaisar lainnya yang turut menghiasi
Hippodrome ini adalah Theodosius Agung, yang mana pada tahun 390 membawa sebuah
obelisk dari Mesir dan mendirikannya di dalam lintasan balap. Obelisk ini
diukir dari granit merah muda, pada awalnya didirikan di Kuil Karnak di Luxor
selama masa pemerintahan Thutmosis III sekitar tahun 1490 SM. Theodosius
memotong obelisk ini menjadi tiga bagian dan membawanya ke Konstantinopel.
Bagian atasnya masih terlestarikan, dan saat ini berdiri di tempat di mana
Theodosius menempatkannya, yaitu di atas sebuah alas marmer. Obelisk ini masih
terlestarikan selama hampir 3.500 tahun secara mengejutkan dalam kondisi baik.
Sumber:
Pitarakis,
Brigitte & Isin, Ekrem, d.k.k. 2010. Hippodrom/Atmeydani: istanbul’un
tarih sahnesi - Hippodrome/Atmeydani: A stage for Istanbul’s history, 2
volumes. Istanbul: Pera Müsezi.