Beberapa
ahli sosiologi juga mengklasifikasikan kelompok sosial ke dalam beberapa jenis
sebagai berikut.
a. Émille Durkheim
David
Émile Durkheim dikenal sebagai salah satu pencetus sosiologi modern. Beliau membagi kelompok sosial yang
didasarkan pada Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik.
Solidaritas
mekanik merupakan ciri dari masyarakat yang sederhana dan belum mengenal adanya
pembagian kerja. Tiap-tiap kelompok dapat memenuhi keperluan mereka sendiri
tanpa memerlukan bantuan atau kerja sama dengan kelompok di luarnya.
Pada
masyarakat dengan solidaritas mekanik, yang diutamakan adalah persamaan
perilaku dan sikap. Kesadaran kolektif menjadi dasar ikatan seluruh warga
masyarakat, yaitu suatu kesadaran bersama yang mencakup keseluruhan kepercayaan
dan perasaan kelompok yang ada di luar warga dan bersifat memaksa.
Solidaritas
organik merupakan bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat yang telah
mengenal adanya pembagian kerja (masyarakat kompleks) sehingga unsur-unsur di
dalam masyarakat tersebut saling bergantung. Pada masyarakat dengan solidaritas
organik, ikatan utama yang mempersatukan masyarakat adalah kesepakatan yang
terjalin di antara berbagai profesi.
b. Ferdinand Toennies
Ferdinand
Toennies telah membantu peluncuran sosiologi sebagai disiplin akademik di
Jerman. Bukunya “Gemeinschaft and Gesellschaft” (1887) yang sangat berpengaruh
merupakan kronika modernisasi. Beliau memberi penjelasan bahwa kelompok di
dalam masyarakat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu gemeinschaft dan gesselschaft.
Gemeinschaft atau paguyuban
adalah kehidupan bersama yang anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin
yang murni, alamiah, dan kekal. Contohnya, keluarga dan rukun tetangga.
Adapun
gesselschaft atau patembayan adalah
ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek dan dinamis.
Contohnya, ikatan antara pedagang dan pembeli atau organisasi buruh dalam suatu
pabrik.
c. Charles H. Cooley dan Ellsworth
Farris
Mereka
berpendapat bahwa di dalam masyarakat terdapat kelompok primer yang ditandai
dengan hubungan antaranggotanya berlangsung secara bertatap muka, saling mengenal,
mesra dan akrab, kerja sama yang erat dan bersifat pribadi. Ruang lingkup
terpenting kelompok ini adalah keluarga, teman sepermainan, rukun tetangga.
Pergaulan yang intim ini menghasilkan keterpaduan indvidu dalam satu kesatuan
yang membuat seseorang hidup dan memiliki tujuan kelompok bersama.
d. W.G. Sumner
Beliau
membagi kelompok menjadi dua yaitu in-group
(kelompok dalam) dan out-group
(kelompok luar). Kelompok sosial yang individu mengidentifikasi dirinya
merupakan in-group-nya dalam kelompok
tersebut. Adapun out-group diartikan
oleh individu sebagai kelompok yang menjadi lawan in-group-nya.
Sikap
in-group biasanya didasarkan pada
faktor simpati, kedekatan dengan anggota kelompok, kerja sama, keteraturan, dan
kedamaian. Sikap out-group selalu ditandai
dengan suatu kelainan yang berwujud antagonisme atau antipati. Jika kelompok
dalam berhubungan dengan kelompok luar maka terjadi rasa kebencian, permusuhan,
perang atau perampokan. Rasa kebencian ini terus diwariskan hingga membentuk
perasaan kelompok dalam (in-group feeling).
Anggota kelompok dalam menganggap kelompok mereka sendiri sebagai pusat
segalanya (etnosentris).
Sumber:
Bagja Waluya. 2009. Sosiologi: Menyelami Fenomena
Sosial di Masyarakat. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Lawang, Robert M.Z. 1980. Pengantar
Sosiologi. Jakarta: UT.
Soekanto, Soerjono. 1984. Beberapa
Teori Sosiologi tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: Rajawali.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi:
Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali.