Penumpukan sampah terjadi tidak hanya
karena semakin padatnya penduduk, tetapi sebagai akibat sulitnya membangun Tempat
Pembuangan Akhir sampah (TPA). Keadaan ini menyebabkan semakin lama sampah
semakin bertumpuk di tempat-tempat pembuangan sementara, seperti bak-bak sampah
sekitar tempat tinggal penduduk. Penumpukan sampah ini jelas menimbulkan
berbagai permasalahan, seperti menebarnya bau busuk, lalat, dan timbulnya
berbagai penyakit. Gejala ini bertambah parah dengan kebiasaan penduduk yang
enggan memilah antara sampah organik dan anorganik, seperti plastik atau kaleng
yang sangat sulit untuk mengalami penghancuran.
Dari beberapa kejadian tersebut jelas
bahwa manusia memegang peranan penting terhadap kerusakan lingkungan hidup.
Terdapat faktor-faktor alam yang memicu terjadinya kerusakan lingkungan yang
tidak dapat di hindari, seperti letusan gunung api, gempa, dan tanah longsor.
Frekuensi kejadian-kejadian alam tersebut relatif jarang dibandingkan dengan
kegiatan manusia sehari-hari yang dapat mengakibat kan kerusakan alam.
Selain kebutuhan hidup yang mendesak,
faktor sikap mental manusia yang enggan memperhatikan unsur keseimbangan
lingkungan sering kali menjadi faktor penyebab menurunnya kualitas lingkungan.
Meskipun upaya konservasi terhadap lingkungan terus dilakukan. Selama sikap
mental manusia tidak mendukung ke arah yang diharapkan, tetap saja kelestarian
lingkungan sangat sulit atau bahkan mungkin tidak akan pernah terwujud. Oleh
karena itu, upaya melestarikan lingkungan hidup hendaknya diiringi dengan usaha
membangun sikap mental manusia Indonesia itu sendiri.
Sumber:
Bambang Utoyo.
2009. Membuka Cakrawala Dunia untuk Kelas XI Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Soemarwoto, Otto.
1988. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.