Hippodrome Byzantines | ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (ARDI TRI YUWONO)
Gunakan fitur "search my site" untuk mencari artikel yang anda inginkan
 

Sabtu, 13 November 2021

Hippodrome Byzantines

 

Byzantines, seperti orang Romawi sebelum mereka, menyukai chariot races. Di hippodrome (dari bahasa Yunani "horse way"), tim kereta empat kuda akan meluncur di sekitar trek berbentuk U  seperti lubang gladiator berdarah di Kota Roma.  Persaingan antar tim begitu kuat sehingga mereka mampu mempermalukan persaingan sepak bola. 

 


Pada tahun 532, "kerusuhan Nika" antara penggemar yang bersaing membakar setengah kota Konstantinopel dan hampir membunuh kaisar Justinian.  Hippodrome sangat penting, kemudian, untuk kebahagiaan (dan, kadang-kadang, ketidakbahagiaan) penduduk kota. Ini merupakan situs di mana warga dapat melihat dan bersorak bersama (atau melawan) Kaisar mereka.

 

Kata Hippodrome berasal dari kata Yunani hippos (ἵππος), kuda, dan dromos (δρόμος), jalur atau jalan. Karena alasan ini, terkadang disebut juga Atmeydanı ("Lapangan Kuda") dalam bahasa Turki. Pacuan kuda dan balap kereta perang merupakan hiburan populer pada zaman dahulu dan Hippodrome merupakan ciri umum kota-kota Yunani pada era Byzantines, Romawi, dan Helenistik.

 

Untuk meningkatkan citra ibu kota barunya, Konstantinus Agung dan para penerusnya, khususnya Theodosius Agung, membawa berbagai karya seni dari seluruh penjuru kekaisaran untuk menghiasinya. Monumen-monumen tersebut didirikan di tengah Hippodrome ini, yakni spina. Di antaranya adalah Tripod dari Plataia, sekarang dikenal sebagai Tiang Ular, dibuat untuk merayakan kemenangan bangsa Yunani atas bangsa Persia selama Perang Persia pada abad ke-5 SM.

 

Konstantinus memerintahkan agar Tripod tersebut dipindahkan dari Kuil Apollo di Delfi, dan ditempatkan di tengah-tengah Hipodrom ini. Bagian atasnya dihiasi dengan sebuah mangkuk emas yang ditopang oleh tiga kepala ular. Mangkuk ini dihancurkan atau dicuri selama Perang Salib Keempat. Kepala-kepala ular tersebut dihancurkan setidaknya pada akhir abad ke-17, sebab banyak miniatur Ottoman yang memperlihatkan karya-karya ini masih utuh pada abad-abad awal penaklukan Turki atas Konstantinopel. Beberapa bagian kepala tersebut ditemukan dan diperlihatkan di Museum Arkeologi Istanbul. Saat ini yang tersisa dari Tripod Delfi tersebut adalah landasan atau dasarnya, dikenal sebagai "Tiang Serpentina" atau "Tiang Ular".

 

Kaisar lainnya yang turut menghiasi Hippodrome ini adalah Theodosius Agung, yang mana pada tahun 390 membawa sebuah obelisk dari Mesir dan mendirikannya di dalam lintasan balap. Obelisk ini diukir dari granit merah muda, pada awalnya didirikan di Kuil Karnak di Luxor selama masa pemerintahan Thutmosis III sekitar tahun 1490 SM. Theodosius memotong obelisk ini menjadi tiga bagian dan membawanya ke Konstantinopel. Bagian atasnya masih terlestarikan, dan saat ini berdiri di tempat di mana Theodosius menempatkannya, yaitu di atas sebuah alas marmer. Obelisk ini masih terlestarikan selama hampir 3.500 tahun secara mengejutkan dalam kondisi baik.

 

Sumber:

 

Pitarakis, Brigitte & Isin, Ekrem, d.k.k. 2010. Hippodrom/Atmeydani: istanbul’un tarih sahnesi - Hippodrome/Atmeydani: A stage for Istanbul’s history, 2 volumes. Istanbul: Pera Müsezi.

 
 
 
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (ARDI TRI YUWONO) © 2020