Faktor Individu Penentu Mobilitas | ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (ARDI TRI YUWONO)
Gunakan fitur "search my site" untuk mencari artikel yang anda inginkan
 

Senin, 23 Agustus 2021

Faktor Individu Penentu Mobilitas

 


Walaupun faktor struktur dapat menentukan jumlah kedudukan tinggi dengan penghasilan yang besar di masyarakat, faktor individu juga banyak berpengaruh dalam menentukan siapa yang akan mencapai kedudukan tinggi. Faktor individu ini meliputi hal-hal berikut.

 

a. Perbedaan Kemampuan

 

Bakat yang dimiliki setiap orang akan berbeda-beda sehingga kesempatan untuk memperoleh kedudukan yang tinggi di masyarakat akan berbeda pula. Dengan demikian, kemampuan untuk memperoleh kedudukan bergantung pada usaha yang bersangkutan untuk mem perolehnya, dan perbedaan kemampuan merupakan faktor yang penting untuk menentukan keberhasilan hidup dan mobilitas sosial.

 

b. Orientasi Sikap terhadap Mobilitas

 

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan masa depan mobilitas sosial, di antaranya sebagai berikut.

 

1)   Pendidikan

 

Pendidikan merupakan jalan ke arah mobilitas sosial untuk mendapatkan kedudukan yang diinginkan seseorang. Jika bekerja di sebuah instansi, latar belakang pendidikan yang berbeda akan berpengaruh terhadap kedudukan dan pendapatan yang selayaknya diterima.

 

2)   Kebiasaan Kerja

 

Kerja keras merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki kedudukan sebelumnya. Walaupun kerja keras tidak sepenuhnya menjamin mobilitas naik, tidak banyak orang dapat mengalami mobilitas naik tanpa bekerja keras. Oleh karena itu, kerja keras diperlukan untuk meningkatkan prestasi kerja, yang akhirnya akan meningkatkan kedudukan seseorang.

 

c. Pola Penundaan Kesenangan

 

Peribahasa mengatakan “berakit-rakit ke hulu berenang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian”. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, lebih baik jika kesenangan sesaat ditinggalkan agar kelak mendapat suatu kebahagiaan sehingga akan meningkatkan kedudukannya.

 

d. Pola Kesenjangan Nilai

 

Perilaku yang dapat menghambat terjadinya mobilitas sosial vertikal naik, terdapat dua hal, yaitu sebagai berikut.

 

  • Bahwa seseorang tidak sepenuhnya berupaya mencapai sasaran yang diidamkan.
  • Mereka tidak menyadari bahwa sejumlah perilaku tertentu tidak menunjang sasaran tersebut. Misalnya sebagai berikut.

 

  1. Seorang siswa Kelas XI SMA tidak melaksanakan nasihatgurunya untuk belajar lebih giat, tetapi bermalas-malasan,akibatnya siswa yang bersangkutan tidak naik ke Kelas XII.
  2. Seorang pekerja menghendaki kedudukan yang lebih baik, tetapi ia tidak mampu tiba di tempat kerja tepat pada waktunya atau selalu melalaikan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.

 

Pola kesenjangan nilai, memungkinkan seseorang memercayai nilai yang diakuinya, tetapi yang bersangkutan tidak melakukan usaha untuk mencapai sasaran tersebut atau mengakui segala kesalahan yang diperbuatnya sebagai penyebab dari kegagalan. Dengan kata lain, bahwa seseorang mungkin saja mengetahui yang baik dilakukan untuk memperoleh kedudukan, tetapi tidak dilaksanakan. Akibatnya, yang bersangkutan gagal memperoleh hasil yang dicita-citakan.

 

Sumber:

 

Bagja Waluya. 2009. Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Lawang, Robert M.Z. 1980. Pengantar Sosiologi. Jakarta: UT.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali.

 
 
 
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (ARDI TRI YUWONO) © 2020