Keadaan
alam berbagai wilayah di muka bumi serta kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya berbeda-beda pada setiap tempat. Perbedaan kekayaan alam tersebut
menyebabkan aktivitas ekonomi atau mata pencarian manusia menjadi berbeda pula.
Di suatu daerah dengan tanah yang subur, sangat dipastikan daerah tersebut
dapat menjadi lahan pertanian produktif atau menguntungkan.
Kondisi
sumber daya tanah negara Indonesia yang sebagian besar terdiri atas tanah
vulkanis dan andosol serta beberapa jenis tanah lainnya dengan dukungan pola
iklim tropis basah merupakan salahbsatu pendorong utama bagi kegiatan
pertanian. Mineral-mineral yang dikeluarkan perut bumi pada saat terjadi erupsi
gunungapi merupakan unsur-unsur hara yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan
tanaman. Selain itu, proses letusan gunung api pada dasarnya merupakan proses
peremajaan tanah sehingga tingkat kesuburan tanah vulkanis senantiasa tinggi.
Oleh
karena itu, tidaklah mengherankan jika sebagian besar penduduk Indonesia banyak
bergerak dalam sektor pertanian dan perkebunan. Menurut data 1990, penduduk
Indonesia yang bermata pencarian pertanian mencapai angka 49,3% dan pada 1991
menjadi 53,9%. Secara umum sistem pertanian yang biasa diupayakan penduduk di
negara Indonesia terdiri atas tiga kelompok besar, yaitu sebagai berikut.
a.
Pertanian Lahan Basah
Sistem
pertanian lahan basah sering dinamakan pula pertanian sawah. Pertanian ini
merupakan salah satu jenis pengusahaan sumber daya tanah yang paling banyak
diupayakan penduduk di Indonesia.
Pola
budidaya pertanian sawah paling optimal jika dikembangkan di wilayah dataran
rendah, dengan ketinggian kurang dari 300 meter di atas permukaan laut, di mana
persediaan air terutama air permukaan untuk irigasi cukup banyak sepanjang
tahun. Sebagai contoh kawasan dataran rendah sepanjang jalur pantai utara Pulau
Jawa (jalur Pantura), seperti Karawang, Purwakarta, Bekasi, Subang, dan Indramayu
merupakan ladang padi bagi Jawa Barat, karena daerah-daerah tersebut sangat
memenuhi persyaratan bagi pertanian sawah. Wilayah pesawahan jalur Pantai Utara
(Pantura) ini terus menyambung dengan wilayah pesawahan di daerah Jawa Tengah.
Pertanian sawah juga banyak diupayakan penduduk yang tinggal di sebagian
Sumatra dan Kalimantan.
Pada
ketinggian antara 300–500 meter di atas permukaan laut, tanaman padi masih
dapat diupayakan, namun hasilnya tidak sebaik jika dibudidayakan di kawasan
dataran rendah sekitar ketinggian kurang dari 300 meter. Selain itu bentuk
morfologi wilayahnya sudah mulai bergelombang dan terdapat beberapa wilayah
perbukitan, sehingga sistem pertanian sudah mulai menggunakan sistem terasering
(sengkedan tanah) untuk mengurangi laju erosi.
Pada
ketinggian di atas 500 meter, pertanian sawah dinilai tidak optimal lagi karena
suhu udara mulai sejuk dan persediaan air sudah berkurang. Pada beberapa
wilayah yang cadangan air tanah dan air permukaannya sangat kurang, budidaya
tanaman padi biasa diupayakan penduduk dalam bentuk huma (ladang) dengan jenis
padi gogo.
Beberapa
jenis budidaya tanaman padi sawah yang umumnya diupayakan penduduk antara lain
sebagai berikut.
1)
Sawah Irigasi
Sawah
irigasi adalah sawah yang paling tinggi tingkat produktivitasnya, di mana
keperluan airnya disuplai oleh irigasi teknis sehingga setiap saat kebutuhan
air terpenuhi. Tingkat kesuburantanah nya pun sangat tinggi sehingga panen bisa
dilakukan sampai tiga kali dalam satu tahun. Sawah jenis ini banyak ditemukan
di Pulau Jawa.
2)
Sawah Tadah Hujan
Sawah
tadah hujan adalah sawah yang sistem pengairannya sangat mengandalkan curah
hujan. Jenis sawah ini hanya dapat diolah jika ada air hujan. Hanya pada saat
musim hujan sawah ini dapat menghasilkan dan pada musim kemarau sawah ini
dibiarkan tidak diolah karena air sulit didapat atau bahkan tidak ada sama
sekali. Pertanian sawah tadah hujan sangat cocok dikembangkan pada wilayah yang
memiliki curah hujan tinggi.
3)
Sawah Bencah atau Pasang Surut
Sawah
pasang surut adalah sawah yang terdapat di sekitar muara-muara sungai atau
rawa-rawa sekitar pantai. Jenis padi pasang surut biasa diupayakan penduduk di
sekitar kawasan tanah aluvial di muara sungai, sebagai hasil sedimentasi lumpur
karena luapan air sungai saat air laut pasang. Sawah ini diolah hanya satu kali
dalam setahun. Keperluan air untuk tanaman padi dipengaruhi oleh pasang surut
air laut.
Daerah
persebaran sistem pertanian sawah pasang surut antara lain di Kepulauan Riau,
Jambi, Sumatra Selatan, dan beberapa wilayah Pulau Jawa, serta Kalimantan. Di
wilayah Kalimantan Selatan sawah pasang-surut dikenal dengan sistem pertanian
sawah banjar.
4)
Sawah Kambang
Padi
kambang adalah jenis tanaman padi yang panjang batangnya dapat disesuaikan
dengan tinggi muka air pada lahan sawah. Hal yang perlu diperhatikan dalam
sistem padi kambang, yaitu petani hendaknya mengerti benar perilaku air di
daerahnya. Hasil pertanian padi kambang ini kurang baik, biasanya hanya sekitar
0,5 kali dari hasil sistem pertanian irigasi.
5)
Sawah Padi Gogo-Rancah
Padi
gogo rancah yaitu sistem pertanian dengan mengupayakan jenis padi yang pada
saat pengairan cukup baik (musim hujan) menjadi padi sawah biasa, tetapi jika
tidak ada air sawah ini berubah menjadi padi gogo (huma).
b.
Pertanian Lahan Kering
Pada
wilayah-wilayah yang memiliki ketinggian sekitar 500-1.500 meter di atas
permukaan laut, dengan rata-rata kondisi suhu udara sedang sampai sejuk, bentuk
pertanian yang biasa dijumpai adalah pertanian lahan kering dan hortikultur.
Beberapa
ahli pertanian ada yang membedakan istilah jenis pertanian lahan kering dan
hortikultur. Perbedaan antara jenis pertanian lahan kering murni dan
hortikultur terletak pada jenis tanaman yang biasa dibudidayakan. Pertanian
lahan kering murni pada umumnya mengupayakan jenis tanaman palawija, sedangkan
hortikultur lebih menekankan pada sayuran, buah-buahan, dan bunga-bungaan.
Hampir semua jenis tanaman sayuran dan buah-buahan banyak diupayakan oleh penduduk
di wilayah ini.
Beberapa
contoh jenis tanaman palawija yang biasa dibudidayakan pada lahan kering antara
lain sebagai berikut.
1)
Jagung
Jagung
merupakan makanan pokok sebagian penduduk yang tinggal di Madura, Nusa Tenggara
Timur, dan Minahasa. Tanaman ini berasal dari Amerika, dapat tumbuh di daerah
tropis maupun subtropis pada ketinggian sekitar 0 - 1.500 meter di atas
permukaan laut. Jenis tanaman ini dapat ditanam di ladang, tegalan, dan sawah
pada musim kemarau. Daerah persebaran tanaman jagung di Indonesia antara lain
Lampung, Sumatra Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.
2)
Kedelai
Kedelai
sangat baik ditanam di atas lahan pada ketinggian antara 0 - 1.000 meter di
atas permukaan laut. Sumber daya alam ini sangat bermanfaat sebagai konsumsi
makanan berkadar protein tinggi. Daerah persebaran kedelai yang cukup potensial
antara lain Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat.
3)
Kacang tanah
Kacang
tanah merupakan jenis sumber daya alam hayati yang berasal dari negara Brazil.
Jenis tanaman pertanian lahan kering banyak diupayakan penduduk di sekitar Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.
c.
Pertanian Ladang
Pertanian
ladang adalah jenis usaha pertanian yang memanfaatkan lahan kering, artinya
dalam pengolahan pertanian tidak banyak memerlukan air. Tanaman yang biasa
diusahakan adalah padi dan beberapa jenis tanaman palawija.
1)
Pertanian Ladang Berpindah
Jenis
usaha pertanian ini pada umumnya dilakukan oleh para petani perambah hutan.
Petani membuat lahan pertanian ladang dengan cara membuka hutan lalu membakar
kayu-kayunya, kemudian ditanami dengan tanaman huma dan palawija. Setelah lahan
garapannya dirasakan tidak subur lagi, mereka berpindah tempat untuk mencari
dan membuka lahan hutan yang baru.
Jenis
usaha pertanian ladang banyak ditemukan pada daerah-daerah yang masih luas
lahan pertaniannya, seperti di Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Sistem ladang
berpindah merupakan salah satu aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya
alam yang kurang memerhatikan aspek-aspek kelestarian alam. Hal ini
mengakibatkan meluasnya lahan kritis, kerusakan hutan, atau kebakaran akibat
ulah dan tangan para petani perambah hutan.
2)
Pertanian Ladang Tetap
Jenis
usaha ladang tetap ini dilakukan oleh para petani yang terdapat di Pulau Jawa,
sebab lahan pertanian di Pulau Jawa sudah terbatas luasnya sehingga tidak
mungkin untuk melakukan sistem ladang berpindah-pindah. Cara perlakuan dalam
pengolahan ladang tetap ini sedikit berbeda dengan ladang berpindah. Pada
ladang tetap ini biasanya tidak terdapat langkah pengolahan babat bakar
kemudian tanam, akan tetapi babat, cangkul, dan kemudian tanam.
3) Pertanian Tegalan
Pertanian
tegalan adalah usaha pertanian yang mengolah lahan-lahan kering menjadi lebih
produktif. Budidaya pertanian tegalan ini tidak banyak memerlukan air. Jenis
tanaman yang biasa diusahakan adalah sejenis palawija.
Sumber:
Allaby,
Michael.1997. How it Works The Environment. London: Horus Editions Limited.
Anonim.
1996. Indonesian Heritage Plants. Jakarta: Jayakarta Agung Offset.
Anonim.
2000. The Usborne Encyclopedia of Planet Earth. London: Usborne
Publications.
Bambang
Utoyo. 2009. Membuka Cakrawala Dunia untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Soemarwoto,
Otto. 1988. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.


