Keberhasilan
yang dicapai dalam memperoleh kedudukan bagi seseorang atau kelompok, tidak
mungkin tanpa adanya perasaan tidak senang dari orang atau kelompok lain. Hal
itu dapat meningkatkan pertentangan antara yang berhasil men dapatkan kedudukan
dengan yang tidak berhasil atau yang merasa tergeser oleh orang yang menempati
kedudukan baru.
Berikut
ini macam-macam konflik yang mungkin terjadi dalam kehidupan sosial.
A.
Konflik Antarkelas Sosial
Pertentangan
dapat terjadi apabila seseorang dari lapisan sosial bawah menduduki posisi di
lapisan menengah atau atas, kemudian kelompok lapisan sosial yang didatangi
merasa terganggu, akhirnyanterjadi pertentangan. Misalnya sebagai berikut.
- Amir anak seorang pengemudi becak berhasil menjadi pedagang yang kaya dan memiliki kedudukan yang terhormat di masyarakat. Hal yang demikian kadangkala menyebabkan ketidaksenangan dari mereka yang telah lebih dahulu berada pada lapisan menengah sehingga Amir perlu untuk meredam pertentangan dengan cara menyesuaikan diri terhadap kondisi kelas atau lapisan sosial yang baru.
- Pertentangan kelas dapat pula disebabkan oleh mobilitas sosial vertikal yang menurun, contohnya bapak X seorang pengusaha kaya mengalami kebangkrutan dalam usahanya. Apabila perilaku sosial bapak X sebelum bangkrut tidak diterima oleh lapisan bawah karena sombong dengan kekayaannya maka setelah bapak X berada di kelas bawah menjadi terasing di lingkungan sosialnya.
- Perkawinan yang terjadi pada masyarakat yang memiliki sistem sosial tertutup atau masyarakat yang memberlakukan sistem kasta. Seseorang dari kasta rendah kawin dengan orang yang berasal dari kasta lebih tinggi karena perkawinan menyebabkan kedudukannya terangkat dari sebelumnya. Hal inipun dapat menyebabkan ketidaksenangan dari lapisan masyarakat yang didatangi, dan dianggap mengotori atau mengganggu keutuhan kasta yang lebih tinggi.
- Karyawan di sebuah pabrik sebagai tulang punggung industri, menuntut kenaikan gaji dan fasilitas lain yang dianggap tidak dapat menjamin untuk hidup layak. Oleh karena itu, karyawan yang merupakan lapisan bawah dalam perekonomian menuntut hak yang harus diterimanya kepada pengusaha (atau orang-orang yang mengendalikan dan menentukan kebijaksanaan perusahaan).
B.
Konflik Antarkelompok Sosial

Demo kaum mayoritas terhadap minoritas
Pertentangan
yang terjadi pada kelompok sosial, tidak jauh berbeda dengan konflik pada kelas
atau lapisan sosial. Konflik yang dilakukan oleh kelas sosial berupa orang
perorangan, tetapi konflik pada kelompok sosial berupa kumpulan orang yang
melakukan pertentangan. Misalnya sebagai berikut.
- Kelompok mayoritas apabila berada di bawah kelompok minoritas dalam menguasai perekonomian maka akan menyebabkan saling mencurigai, merasa tidak puas dengan kedudukan yang diperoleh kelompok minoritas.
- Keberhasilan yang dicapai oleh kelompok tertentu akan menyeba kan ketidakpuasan kelompok lain sehingga mereka menuntut persamaan hak.
C.
Konflik Antargenerasi

Perseteruan senior dan junior karyawan
Situasi
sosial seperti pergaulan, pendidikan, zaman, teknologi yang dialami oleh
seorang anak akan berbeda dengan situasi sosial orangtuanya. Perbedaan ini akan
membawa pertentangan apabila kedudukan anak sama atau lebih tinggi daripada
orangtuanya. Pertentangan ini tidak selalu terjadi dengan orangtuanya saja tetapi
dapat juga dengan orang lain yang lebih tua. Misalnya:
- Di suatu kantor seorang pemuda berusia 20 tahun memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibanding dengan orang lain yang ada di sekelilingnya yang rata-rata berusia 45 tahun ke atas sehingga pemuda yang bersangkutan harus memimpin orang-orang yang usianya jauh lebih tinggi sebagai bawahannya. Tidak sedikit di antara mereka merasa digurui oleh anak yang lebih muda. Hal ini mengakibatkan terjadinya pertentangan antargenerasi dan akan terus berlanjut apabila tidak adanya kesadaran di antara mereka untuk saling memahami sikap dan tindakan masing-masing.
- Nasihat yang baik tidak selalu datang dari orangtua, adakalanya nasihat datang dari anak muda. Akan tetapi, orangtua jarang menerima nasihat yang datang dari anak muda yang usianya jauh di bawah usia orangtua karena dianggap menggurui, tidak pantas, dan tidak sopan. Orangtua yang demikian memiliki sikap yang konservatif (kolot) tidak terbuka terhadap keadaan zaman yang telah berubah. Anak muda dengan kemampuan dan pendidikannya dapat melakukan mobilitas vertikal sehingga memiliki kedudukan yang lebih baik daripada orangtua.
Sumber:
Bagja
Waluya. 2009. Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Lawang, Robert M.Z.
1980. Pengantar Sosiologi. Jakarta: UT.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi:
Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali.
