Beberapa
faktor atau kondisi yang berbeda menimbulkan pengaruh dan perbedaan kurs di
setiap negara. Perubahan nilai tukar terhadap valas dapat disebabkan oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor ekonomi maupun
nonekonomi yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan
tingkat permintaan dan penawaran valas.
a. Faktor Penyebab Nilai Tukar secara
Langsung
Secara
langsung permintaan dan penawaran valas akan dipengaruhi oleh faktor-faktor
berikut.
- Permintaan valas akan ditentukan oleh impor barang dan jasa yang memerlukan dolar atau valas lainnya dan ekspor modal dari dalam ke luar negeri.
- Penawaran valas akan ditentukan oleh ekspor barang dan jasa yang menghasilkan dolar atau valas lainnya dan impor modal dari luar negeri ke dalam negeri.
b. Faktor Penyebab Nilai Tukar secara
Tidak Langsung
Adapun
secara tidak langsung permintaan dan penawaran valas akan dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut.
1. Posisi Neraca Pembayaran
Saldo
neraca pembayaran memiliki konsekuensi terhadap nilai tukar rupiah. Jika saldo
neraca pembayaran defisit, permintaan terhadap valas akan meningkat. Hal ini
menyebabkan nilai rupiah melemah (terdepresiasi). Sebaliknya, jika saldo neraca
pem bayaran surplus, permintaan terhadap valas akan menurun, dan hal ini
menyebabkan nilai rupiah menguat (terapresiasi).
2. Tingkat Inflasi
Dengan
asumsi faktor-faktor lainnya tetap (ceteris
paribus), kenaikan tingkat harga akan memengaruhi nilai tukar mata uang
suatu negara. Sesuai dengan teori paritas daya beli (purchasing power parity) atau PPP, yang menjelaskan bahwa
pergerakan kurs antar mata uang dua negara bersumber dari tingkat harga di
kedua negara itu sendiri.
Dengan
demikian, menurut teori ini, penurunan daya beli di bursa valas orang dapat
membeli ataupun menjual uang yang diperdagangkan mata uang (yang ditunjukkan
oleh kenaikan tingkat harga di negara yang bersangkutan) akan diikuti dengan
depresiasi mata uangnya secara proporsional dalam pasar valuta asing.
Sebaliknya, kenaikan daya beli mata uang domestik (misalnya rupiah) akan
mengakibatkan apresiasi (penguatan nilai tukar) secara proporsional.
3. Tingkat Bunga
Dengan
asumsi ceteris paribus, adanya kenaikan suku bunga dari simpanan suatu mata
uang domestik, akan menyebabkan mata uang domestik itu mengalami apresiasi
(penguatan) terhadap nilai mata uang negara lain. Hal ini mudah dipahami karena
dengan meningkatnya suku bunga deposito, misalnya, orang yang menyimpan asetnya
di lembaga perbankan dalam bentuk rupiah akan mendapatkan pendapatan bunga yang
lebih besar sehingga menyebabkan nilai rupiah terapresiasi.
4. Tingkat Pendapatan Nasional
Seperti
halnya tingkat bunga, tingkat pendapatan nasional hanya akan memengaruhi nilai
tukar melalui tingkat permintaan dolar atau valas lainnya. Kenaikan pendapatan
nasional (yang identik dengan meningkatnya kegiatan transaksi ekonomi) melalui
kenaikan impor akan meningkatkan permintaan terhadap dolar atau valas lainnya
sehingga menyebabkan nilai rupiah terdepresiasi dibandingkan dengan dolar atau
valas lainnya.
5. Kebijakan Moneter
Kebijakan
pemerintah untuk memengaruhi kegiatan ekonomi dapat memengaruhi pergerakan
kurs. Misalnya, kebijakan Bank Indonesia yang bersifat ekspansif (dengan
menambah jumlah uang beredar) akan mendorong kenaikan harga-harga atau inflasi.
Pada akhirnya menyebabkan rupiah mengalami depresiasi karena menurunkan daya
beli rupiah terhadap barang di jasa dibandingkan dolar atau valas lainnya.
6. Ekspektasi dan Spekulasi
Untuk
sistem nilai tukar yang diserahkan kepada mekanisme pasar secara bebas, seperti halnya
rupiah dan sebagian besar mata uang negara-negara di dunia, perubahan nilai
tukar rupiah dapat disebabkan oleh faktor-faktor nonekonomi. Ketidakstabilan
pada faktor-faktor nonekonomi (misalnya karena ledakan bom atau gangguan
keamanan) akan ber pengaruh terhadap kondisi perekonomian di dalam negeri.
Faktor-faktor
yang memengaruhi valas tersebut dapat dilihat dalam skema berikut.
Sumber:
Boediono. 1999. Ekonomi Internasional, Seri
Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 3. Yogyakarta: BPFE.
Deliarnov. 1997. Perkembangan Pemikiran Ekonomi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Perkembangan
Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan.
Jakarta: LP3ES.
Imamul Arifin, Giana Hadi Wagiana. 2009. Membuka
Cakrawala Ekonomi untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program
Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Krugman, Paul R. dan Maurice Obstfeld.
1999. Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Lindert. Peter H. dan Charles P.
Kindleberger. 1990. Ekonomi Internasional. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Tambunan, Tulus. 2000. Perdagangan
Internasional dan Neraca Pembayaran: Teori dan Temuan Empiris. Jakarta:
LP3ES.

