A.
Kehidupan Sosial Ekonomi
Berdasarkan
kitab Sanghyang Siksakandang Karesian, kehidupan sosial masyarakat Kerajaan
Sunda dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain sebagai berikut.
1)
Kelompok Rohani dan Cendekiawan
Kelompok
rohani dan cendekiawan adalah kelompok masyarakat yang mempunyai kemampuan di
bidang tertentu. Misalnya, brahmana yang mengentahui berbagai macam mantra,
pratanda yang mengetahui berbagai macam tingkat dan kehidupan keagamaan, dan
janggan yang mengetahui berbagai macam pemujaan, memen yang mengetahui berbagai
macam cerita, paraguna mengetahui berbagai macam lagu atau nyanyian, dan
prepatun yang memiliki berbagai macam cerita pantun.
2)
Kelompok Aparat Pemerintah
Kelompok
masyarakat sebagai alat pemerintah (negara), misalnya bhayangkara ( bertugas
menjaga keamanan), prajurit (tentara), dan hulu jurit (kepala prajurit).
3)
Kelompok Ekonomi
Kelompok
ekonomi adalah orang-orang yang melakukan kegiatan ekonomi. Misalnya, juru
lukis (pelukis), pande mas (perajin
emas), pandedang (pembuat perabot
rumah tangga), pesawah (petani), dan palika (nelayan). Pada masa kekuasaan
raja-raja Sunda, kehidupan sosial ekonomi masyarakat cukup mendapatkan perhatian.
Meskipun pusat kekuasaan Kerajaan Sunda berada di pedalaman, namun hubungan
dagang dengan daerah atau bangsa lain berjalan baik. Kerajaan Sunda memiliki
pelabuhan-pelabuhan penting, seperti Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda kelapa,
dan Cimanuk. Di kota-kota pelabuhan tersebut diperdagangkan lada, beras,
sayur-sayuran, buah-buahan, dan hewan piaraan.
Di
samping kegiatan perdagangan, pertanian merupakan kegiatan mayoritas rakyat
Sunda. Berdasarkan kitab Carita Parahyangan dapat diketahui bahwa kehidupan
ekonomi masyarakat Kerajaan Sunda umumnya bertani, khususnya berladang (berhuma).
Misalnya, pahuma (paladang), panggerek (pemburu), dan penyadap. Ketiganya merupakan jenis
pekerjaan di ladang. Aktivitas berladang memiliki ciri kehidupan selalu
berpindah-pindah. Hal ini menjadi salah satu bagian dari tradisi sosial
Kerajaan Sunda yang dibuktikan dengan sering pindahnya pusat kerajaan Sunda.
Selain
bertani, kehidupan masyarakat kerajaan Sunda juga berdagang. Hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya enam buah kota bandar yang cukup penting dan ramai dikunjungi
para pedangan dari berbagai daerah atau bangsa lain. Melalui keenam bandar
tersebut, dilakukan usaha perdagangan dengan pihak luar.
B.
Kehidupan Budaya
Kehidupan
masyarakat Kerajaan Sunda adalah peladang sehingga sering berpindah-pindah.
Oleh karena itu, Kerajaan Sunda tidak banyak meninggalkan bangunan yang permanen,
seperti keraton, candi, dan prasasti. Candi yang paling dikenal dari Kerajaan
Sunda adalah Candi Cangkuang yang berada di Leles, Garut, Jawa Barat.
Hasil
budaya masyarakat Kerajaan Sunda yang lain berupa karya sastra, baik tertulis
maupun lisan. Bentuk sastra tertulis, misalnya kitab Carita Parahyangan,
sedangkan bentuk sastra lisan berupa pantun, seperti Haturwangi dan Siliwangi.
Sumber:
Dwi
Ari Listiyani. 2009. Sejarah 2 Untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Chalid
Latif dan Irwin Lay. 1992. Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia.
Jakarta: Pembina Peraga.
Leo
Agung S. dan Dwi Ari Listiyani. 2003. Sejarah Nasional dan Umum 2. Surakarta:
Sebelas Maret University Press.
Marwati
Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia V dan
VI. Jakarta: Balai Pustaka.
Nugroho
Notosusanto. dkk . 1992. Sejarah Nasional Indonesia 2 dan 3. Jakarta:
Depdikbud.
