Pertambangan Minyak dan Gas Bumi | ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (ARDI TRI YUWONO)
Gunakan fitur "search my site" untuk mencari artikel yang anda inginkan
 

Kamis, 23 September 2021

Pertambangan Minyak dan Gas Bumi

 

Minyak bumi merupakan jenis barang tambang yang sangat penting bagi stabilitas perekonomian Indonesia. Sampai sekarang, negara kita masih bertumpu pada sektor migas sebagai salah satu sumber devisa negara. Hal ini sangat terlihat pada anggaran pendapatan dan belanja negara tiap tahun. Persentase pendapatan negara dari sektor migas masih menduduki peringat atas dibandingkan sektor-sektor lainnya.

 

Usaha penambangan minyak dan gas bumi dilakukan dengan sistem pengeboran, baik pengeboran darat yang dilakukan terhadap deposit minyak bumi yang mengendap pada wilayah darat, maupun pengeboran lepas pantai yang dilakukan terhadap deposit minyak bumi yang mengendap pada wilayah perairan.

 

Beberapa contoh daerah pengeboran minyak dan gas bumi di wilayah darat, antara lain sebagai berikut.

  • Pulau Jawa terdapat di Bongas, Karangampel, Jatibarang, Blora, Cepu, dan Wonokromo.
  • Sumatra terdapat di Perlak, Langkat, Payakumbuh, Duri (Riau daratan), Pangkalan Brandan, Minas, Dumai, Rumbai, Rengan, dan Muaraenim.
  • Kalimantan terdapat di Kutai, Pulau Bunyu, Pulau Tarakan, dan Balikpapan).
  • Pulau Seram.
  • Papua terutama di Sorong dan Kaimana.

 

Adapun pengeboran lepas pantai (off shore mining) terdapat di wilayah-wilayah sebagai berikut.

Pidi, Nanggroe Aceh Darussalam.

Lepas pantai utara Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Lepas pantai Riau dan pantai timur Sumatra.

Pantai timur Balikpapan Kalimantan.

 


Setelah lumpur minyak mentah (crude oil) berhasil ditambang, kemudian diolah atau disuling menjadi beberapa jenis bahan bakar dan pelumas. Dalam proses pengolahan minyak masak terdapat tiga macam fase perkembangan, yaitu sebagai berikut.

 

A. Fase Destilasi Bertingkat

 

Merupakan cara pengolahan minyak menggunakan beberapa ketel yang dipanaskan dengan suhu tinggi. Minyak bumi yang dialirkan ke dalam ketel tersebut mengalami proses rafinase (pembersihan) yang menghasilkan bensin (pada ketel 1), kerosin atau minyak tanah (pada ketel 2), minyak solar (pada ketel 3), dan vaselin, parafin, serta aspal (pada ketel 4 yang paling panas).

 

B. Fase Craken

 

Dalam fase ini minyak mentah dialirkan ke dalam kilang minyak yang memiliki ruangan bertingkat dengan suhu tinggi (sekitar 300°C– 400°C). Selanjutnya, minyak akan mengalami proses kondensasi (pengembunan) dan rafinase (pemberesihan) yang menghasilkan bensin yang memiliki Berat Jenis paling rendah atau ringan (pada ruang ke-1), kerosin atau minyak tanah (pada ruang ke-2), gasolin (pada ruang ke-3), dan residu (pada ruang ke-4). Kemudian gasolin dan residu diolah kembali pada suhu yang lebih tinggi sehingga menghasilkan bensin, dan sisanya menjadi minyak pelumas, parafin dan aspal.

 

C. Fase Katalisasi

 

Pengolahan minyak bumi dengan proses kimiawi tanpa menggunakan suhu tinggi. Dari ketiga fase pengolahan minyak bumi di atas pada dasarnya setelah mengalami proses penyulingan baik dengan fase destilasi bertingkat, craken, maupun katalisasi, minyak mentah akan menghasilkan tiga macam produk, yaitu:

 

  • bahan bakar atau sumber energi, berupa avtur (aviation turbo) dan avigas (aviation gasolin) yang merupakan bahan bakar pesawat terbang, elpiji (LPG = Liquefied Petroleum Gas), premix, premium, bensin, minyak tanah (kerosin), dan minyak solar (minyak diesel).
  • bahan pelumas (oli) untuk mesin kendaraan bermotor dan pesawat terbang.
  • bahan kimia, berupa bitumen, parafin (lilin), vaselin, pelarut, plastik.

 

Sumber:

 

Allaby, Michael.1997. How it Works The Environment. London: Horus Editions Limited.

Anonim. 1996. Indonesian Heritage Plants. Jakarta: Jayakarta Agung Offset.

Anonim. 2000. The Usborne Encyclopedia of Planet Earth. London: Usborne Publications.

Bambang Utoyo. 2009. Membuka Cakrawala Dunia untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Soemarwoto, Otto. 1988. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

 
 
 
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (ARDI TRI YUWONO) © 2020