Bentuk
optimalisasi dan pemanfaatan lainnya dari sumber daya lahan yaitu melalui
kegiatan perkebunan. Selain faktor tanah dan ketersediaan air, faktor alam lain
yang sangat diperhatikan dalam budidaya perkebunan adalah unsur iklim. Menurut
Junghun budidaya tanaman perkebunan biasa dikelompokkan berdasarkan garis
ketinggian yang berhubungan dengan zona iklimnya, yaitu sebagai berikut.
- Di daerah zona panas (dataran rendah), biasa dibudidayakan tanaman kelapa, tebu, dan jagung.
- Batas pantai sampai sekitar ketinggian 700 meter diatas permukaan laut sangat cocok untuk dikembangkan tanaman tebu,karet, dan kopi.
- Ketinggian sekitar 700–1.500 meter di atas permukaan laut, jenis tanaman perkebunan yang biasa diupayakan penduduk antara lain teh, kina, dan hortikultur.
Dilihat
dari jenis komoditas yang dibudidayakan, tanaman perkebunan dibedakan menjadi
dua, yaitu tanaman keras, seperti teh, kopi, karet, kelapa, kelapa sawit,
cokelat, cengkeh, dan pala, serta tanaman musiman seperti tembakau, dan tebu.
Adapun berdasarkan bentuk pengusahaannya, kegiatan perkebunan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu perkebunan dan perkebunan besar.
a.
Perkebunan Rakyat
Ciri-ciri perkebunan
rakyat, antara lain sebagai berikut.
- Luas lahan yang digunakan tidak begitu luas.
- Dikelola oleh perorangan atau pihak swasta dalam skala kecil.
- Modal atau investasi yang dikeluarkan tidak begitu besar.
- Tingkat teknologi yang digunakan berkisar antara sederhana sampai madya.
- Jumlah tenaga kerja yang terlibat tidak begitu banyak.
- Sistem pengairan relatif sederhana.
- Pemasaran produk biasanya didistribusikan bagi memenuhi kebutuhan domestik.
b.
Perkebunan Besar
Jenis perkebunan besar
memiliki ciri-ciri, antara lain sebagai berikut.
- Lahan yang digunakan sangat luas.
- Biaya atau modal sangat besar.
- Dikelola oleh pemerintah atau swasta nasional.
- Tenaga kerja yang terlibat banyak, menggunakan teknologi madya sampai maju.
- Pemasaran produksi diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor. Misalnya, PT Perkebunan Kelapa Sawit, Teh, dan Kina.
Sebagai
salah satu komoditas non migas, usaha perkebunan memegang peranan yang cukup
penting dalam perekonomian negara. Seiring dengan menipisnya sumber daya alam
minyak dan gas bumi, serta gejolak harga minyak di pasaran dunia yang tidak
menentu, peran sektor perkebunan sangat penting. Oleh karena itu, sektor
perkebunan harus terus dikem bangkan dan ditingkatkan baik dalam segi kuantitas
dan kualitas produk maupun sistem pengelolaan serta pemasaran hasil produksi.
Beberapa upaya untuk meningkatkan perkebunan di negara Indonesia antara lain
melalui program-program sebagai berikut.
- Penyelenggaraan Program Rehabilitasi dan Peremajaan Tanaman Ekspor (PRPTE), serta sistem Perkebunan Inti Rakyat (PIR) yang dikaitkan dengan program transmigrasi.
- Menerapkan program intensifikasi, ekstensifikasi lahan perkebunan, dan rehabilitasi tanah-tanah perkebunan yang kurang atau tidak produktif lagi.
- Memberikan bantuan modal, misalnya melalui kredit.
- Mendorong perkebunan besar yang dikelola oleh negara dan swasta sebagai pelopor untuk meningkatkan produksi dan kualitas seluruh komoditas perkebunan.
Sumber:
Allaby,
Michael.1997. How it Works The Environment. London: Horus Editions Limited.
Anonim.
1996. Indonesian Heritage Plants. Jakarta: Jayakarta Agung Offset.
Anonim.
2000. The Usborne Encyclopedia of Planet Earth. London: Usborne
Publications.
Bambang
Utoyo. 2009. Membuka Cakrawala Dunia untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Soemarwoto,
Otto. 1988. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
