Perikanan dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam | ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (ARDI TRI YUWONO)
Gunakan fitur "search my site" untuk mencari artikel yang anda inginkan
 

Sabtu, 11 September 2021

Perikanan dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam

 

Indonesia merupakan salah satu negara maritim atau kepulauan yang sebagian besar wilayahnya berupa perairan laut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), jumlah pulau-pulau yang tersebar di wilayah Indonesia lebih dari 17.000 dengan ukuran besar dan kecil. Pulau-pulau tersebut dikelilingi oleh laut. Luas wilayah laut Indonesia sampai batas teritorial mencapai 3,1 juta km², sedangkan jika ditambah dengan zona ekonomi eksklusif luasnya mencapai 5,8 juta km².

 

Wilayah perairan laut yang sangat luas ini merupakan potensi sumber daya alam bahari yang tidak ternilai harganya. Kita dapat memanfaatkan berbagai sumber daya yang terkandung di dalamnya, seperti beberapa jenis bahan galian, gerakan air laut, maupun sumber daya sektor perikanan. Potensi perikanan laut Indonesia diperkirakan mencapai 6,6 juta ton pertahun. Jenis komoditas ikan yang sangat potensial antara tuna dan cakalang.

 

A. Persebaran Perikanan di Indonesia

 

1. Perikanan Pantai

 


Perikanan pantai dilakukan di kawasan laut dangkal dengan jarak tempuh kurang dari 60 mil dari pantai. Jenis penangkapan ikan ini biasa dilakukan oleh nelayan tradisional yang menggunakan perahu dayung atau kapal motor tempel. Oleh karena peralatan yang digunakan sangat terbatas, hasil tangkapannyapun kurang memuaskan. Jenis ikan yang sering ditangkap, antara lain kembung, teri, petek, lemuru, dan beberapa jenis moluska, seperti cumi dan ubur-ubur.

 

2) Perikanan Laut Dalam

 


Perikanan laut dalam merupakan jenis penangkapan ikan di laut lepas atau samudra yang biasa dilakukan oleh nelayan modern atau perusahaan perikanan dengan peralatan canggih. Mereka biasa pergi menangkap ikan dengan kapal trawl serta alat penangkap ikan berupa pukat harimau. Jala ikan jenis ini mampu menjaring ikan dalam jumlah yang banyak, mulai dari ikan-ikan besar sampai yang ukurannya kecil. Komoditas yang menjadi andalan tangkapan adalah tuna dan cakalang.

 

Beberapa wilayah di Indonesia yang merupakan kawasan perikanan laut yang potensial antara lain sebagai berikut.

 

  • Sekitar Selat Malaka dengan pusat di daerah Bagansiapiapi. Di wilayah ini banyak mengandung ikan terumbuk.

 

  • Sekitar perairan pantai utara Jawa, dan Segara Anakan (Cilacap). Selain ikan di wilayah ini banyak terdapat rumput laut dan agar-agar.

 

  • Sekitar Air Tembaga, Bitung, dan Sulawesi Utara yang banyak menghasilkan jenis ikan tuna dan cakalang.

 

  • Perairan Maluku (sekitar Ambon) yang merupakan salah satu zona up welling curent sehingga menjadi kawasan yang kaya dengan ikan. Di wilayah ini banyak terdapat jenis ikan hias.

 

  • Di daerah Dobo (sekitar Kepulauan Aru) dan Kepulauan Kei banyak mengandung mutiara, udang laut, tripang, bunga karang dan rumput laut.

 

  • Perairan sekitar Pulau Solor dan Alor.

 

3) Perikanan Darat

 


Selain perikanan laut juga mengenal perikanan darat yang dilakukan di air tawar dan air payau. Bentang perairan darat yang biasa dijadikan wilayah penangkapan atau pembudidayaan ikan antara lain sungai, danau, empang atau kolam, sawah, dan bendungan (waduk atau danau buatan). Budidaya ikan di sungai biasanya dilakukan dengan sistem arus deras (water running system) yang memanfaatkan aliran sungai. Dengan pola ini pertumbuhan ikan relatif cepat, sebab ikan senantiasa bergerak untuk menahan aliran air dan selalu terjadi pergantian air.

 

Bentang perairan darat yang juga potensial sebagai kawasan penangkapan ikan adalah danau, seperti Danau Poso dan Tempe di Sulawesi. Di wilayah danau dapat juga diupayakan budidaya perikanan dengan sistem jala terapung atau keramba. Pola budidaya ikan jala terapung telah dilakukan oleh penduduk yang tinggal di sekitar Bendungan Jatiluhur, Saguling, dan Ci Rata (Jawa Barat). Jenis ikan yang biasa diusahakan antara lain ikan mas dan nila.

 

Bentuk pembudidayaan ikan di sawah dikenal dengan istilah minapadi, yang merupakan bentuk tumpang sari antara ikan dengan padi sawah. Pada saat lahan pertanian sawah telah dibajak dan bibit padi mulai disemaikan, benih ikan juga mulai ditebar, dengan harapan sebelum tanaman padi besar, ikan sudah dipanen. Jenis ikan yang biasa diupayakan adalah ikan mas atau nila. Sistem minapadi ini memberikan keuntungan ganda bagi para petani.

 

Di daerah sekitar pantai dan dataran rendah sering kita jumpai budidaya ikan di air payau, berupa perikanan tambak. Jenis ikan yang sering diupayakan, antara lain ikan bandeng, gurame atau udang. Budidaya ikan air payau agak berbeda dengan air tawar. Ada beberapa persyaratan fisik yang harus dipenuhi, antara lain sebagai berikut.

 

  • Perbedaan tinggi muka air saat laut pasang naik dan pasang surut harus jelas, mengingat ikan bandeng biasanya bertelur di air laut dan nantinya dijaring untuk dibudidayakan lebih lanjut di air payau.

 

  • Daerah di sekitarnya harus subur bagi tumbuhnya berbagai jenis rumput-rumputan yang berfungsi sebagai makanan utama ikan bandeng.

 

B. Kendala-Kendala dalam Bidang Peternakan dan Upaya Mengatasinya

 

Di dalam kegiatan ekonomi sektor perikanan, sering kali ditemui banyak kendala yang menghambat perkembangan para penduduk. Beberapa kendala tersebut, antara lain sebagai berikut.

 

  • Masih banyak sistem penangkapan ikan di perairan darat yang kurang memerhatikan faktor kelestarian lingkungan alam, seperti dengan menggunakan racun portas atau alat peledak sehingga baik telur ikan maupun beberapa jenis organisme lainnya, seperti tumbuhan dan hewan kecilnya banyak yang mati sehingga keseimbangan lingkungan terganggu.

  • Pengetahuan para nelayan tentang perikanan masih rendah.

  • Peralatan yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan masih relatif sederhana, baik yang berhubungan dengan perahu yang digunakan maupun peralatan menangkap ikan sehingga jarak yang bisa ditempuh tidak terlalu jauh dan kemampuan menangkap ikan relatif sedikit.

 

  • Proses pengolahan hasil tangkapan ikan, seperti pengasapan atau pengasinan masih tradisional dan sederhana sehingga jika hasil tangkapan tidak laku dijual banyak ikan yang busuk.

 

  • Rendahnya modal yang dimiliki para nelayan.

 

  • Banyak para nelayan yang terjerat utang oleh para tengkulak, sehingga para nelayan semakin terpuruk dalam kemiskinan.

 

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, pemerintah bersama-sama penduduk dan lembaga yang terkait telah banyak mengupayakan program peningkatan produksi sektor perikanan, seperti berikut ini.

 

  • Memberikan bantuan modal kepada para nelayan maupun petani yang membudidayakan ikan melalui koperasi atau bank-bank perkreditan rakyat sehingga mereka tidak perlu meminjam uang kepada para tengkulak yang hanya menjerumuskan pada situasi kemiskinan.

 

  • Memberikan penyuluhan kepada para petani ikan dan nelayan.

 

  • Membuat peraturan yang melarang penangkapan ikan menggunakan racun atau bahan peledak.

 

  • Membuat peraturan yang melarang penangkapan ikan dengan menggunakan kapal trawl dan pukat harimau berlabuh di wilayah perairan dangkal (perikanan pantai) sehingga para nelayan kecil tidak tersaingi.

 

  • Menyediakan tempat pelelangan ikan (TPI) di pelabuhan yang memperlancar penjualan hasil tangkapan ikan.

 

  • Membangun lembaga pendidikan dan penelitian bidang perikanan dan kelautan.

 

Sumber:

     Allaby, Michael.1997. How it Works The Environment. London: Horus Editions Limited.

Anonim. 1996. Indonesian Heritage Plants. Jakarta: Jayakarta Agung Offset.

Anonim. 2000. The Usborne Encyclopedia of Planet Earth. London: Usborne Publications.

Bambang Utoyo. 2009. Membuka Cakrawala Dunia untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Soemarwoto, Otto. 1988. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


 
 
 
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (ARDI TRI YUWONO) © 2020