A. Kehidupan Sosial Ekonomi
Struktur
masyarakat yang berkembang pada masa Kerajaan Bali Kuno, sesuai dengan
kebudayaan Hindu di India, yaitu pada awalnya diwarnai dengan sistem kasta yang
disebut caturwarna. Untuk masyarakat yang berada di luar kasta disebut budak
atau njaba. Selain itu, ada hal yang
menarik dalam sistem keluarga di Bali yakni berkaitan dengan pemberian nama
anak. Misalnya, Wayan, Made, Nyoman dan Ktut. Untuk anak pertama dari golongan
brahmana dan kesatria disebut Putu.
Kehidupan
perekonomian masyarakat dari Kerajaan Bali Kuno bertumpu pada pertanian.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan bercocok tanam, antara lain sawah, parlak (sawah kering), gaga (ladang), kebwan (kebun), dan kasuwakan
(irigasi). Selain bercocok tanam, ada yang bekerja sektor di kerajinan. Mereka memiliki kepandaian membuat
barang-barang kerajian dari emas dan
perak, perlatan rumah tangga, dan alat-alat pertanian. Bahkan, ada memiliki kepandaian memahat dan melukis.
Kegiatan
perdagangan pun, sudah cukup maju. Di beberapa desa terdapat golongan saudagar
yang disebut wanigrama (saudagar
laki-laki) dan wanigrami (saudagar
perempuan). Mereka memiliki kepala atau pejabat yang mengurus kegiatan perdagangan
yang disebut banigrama atau banigrami.
B. Kehidupan Budaya
Masuknya
kebudayaan Hindu–Buddha ke Bali, berpengaruh besar pada masyarakatnya. Sampai
saat ini mayoritas penduduk Bali menganut agama Hindu. Agama Hindu di Bali
telah bercampur dengan adat istiadat setempat sehingga Hindu khas Bali disebut
Hindu Dharma. Agama Buddha juga berkembang, meskipun tidak sepesat agama Hindu.
Hal ini dapat diketahui dari jumlah pedanda
(pendeta) agama Hindu (Siwa) yang bergelar dangacarrya
lebih banyak dari pada pendeta Buddha yang bergelar dang upadhyaya. Agama Hindu dan Buddha dapat hidup berdampingan
secara damai, menunjukkan adanya tolerasi yang tinggi dalam masyarakat Bali.
Di
bidang budaya berkaitan dengan kehidupan keagamaan dapat dijumpai pada bangunan
peninggalan masa kuno yang sampai sekarang masih dapat kita saksikan, seperti
candi dan pura. Peninggalan bangunan candi, seperti Candi Padas di Gunung Kawi.
Sebaliknya, untuk peninggalan pura di antaranya ialah Pura Agung Besakih.
Sumber:
Chalid Latif dan Irwin Lay. 1992. Atlas
Sejarah Indonesia dan Dunia. Jakarta: Pembina Peraga.
Dwi Ari Listiyani. 2009. Sejarah
2 Untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Leo Agung S. dan Dwi Ari Listiyani. 2003. Sejarah
Nasional dan Umum 2. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho
Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia V dan VI. Jakarta: Balai Pustaka.
Nugroho Notosusanto. dkk . 1992. Sejarah
Nasional Indonesia 2 dan 3. Jakarta: Depdikbud.
